Azab Atas Sumpah Palsu

Sebab, orang yang bersumpah palsu tidak hanya menipu manusia, tetapi juga menghina keagungan Tuhan yang dijadikan sandaran sumpah.

Ia menjadikan nama Allah, yang seharusnya dijaga kesuciannya, sebagai perisai untuk melindungi kebohongan. Inilah bentuk penghinaan spiritual yang paling dalam—ketika lidah berani menggadaikan kebenaran demi kepentingan duniawi.

Dalam pandangan para ulama, azab bagi orang yang bersumpah palsu dapat datang dalam dua bentuk: kehancuran di dunia dan siksaan di akhirat.

Di dunia, kebohongan itu akan memakan dirinya sendiri. Kehormatan runtuh, kepercayaan hilang, dan nama baik hancur di mata masyarakat. Mungkin tidak terjadi seketika, tetapi lambat laun, kehidupan orang yang berdusta akan terjerat dalam kebingungan dan ketakutan.

Hatinya tidak pernah damai, tidurnya tidak pernah nyenyak, sebab di lubuk hati terdalam ia tahu—ia telah bersumpah atas nama Tuhan dengan kebohongan.

Sedangkan di akhirat, ancamannya jauh lebih mengerikan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji dan sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka tidak akan mendapat bagian di akhirat, Allah tidak akan berbicara kepada mereka dan tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, dan mereka tidak akan disucikan. Bagi mereka azab yang pedih.” (QS. Ali Imran: 77).

BACA JUGA:  Seandainya Lakkang Jadi Laboratorium Wisata Berkelanjutan (2)

Ayat ini menjadi peringatan keras bahwa sumpah palsu bukanlah hal sepele, melainkan jalan menuju murka Ilahi yang kekal.

Kini, dunia mungkin masih diam. Hukum bisa saja belum menjeratnya, sebab kebohongan sering pandai menyamarkan diri di balik bukti formal.

Namun azab Tuhan tak pernah buta, dan waktu tak pernah memaafkan kebohongan yang diucapkan dengan menyebut nama-Nya. Sumpah yang diucapkan atas nama Allah tidak akan hilang ditelan waktu. Ia tercatat di Lauhul Mahfuz, dijaga oleh malaikat pencatat amal, dan akan dibuka kembali di hadapan seluruh makhluk pada hari pembalasan.

Mungkin hari ini ia masih berjalan dengan bebas, masih tertawa seolah tak terjadi apa-apa. Tapi di balik tawa itu, ada utang sumpah yang belum dibayar.

Mungkin ia masih merasa aman, namun azab Allah datang tanpa aba-aba—bisa berupa penyakit yang tak kunjung sembuh, rezeki yang tertutup, keluarga yang berantakan, atau hati yang hampa tanpa rasa damai.

Semua itu bukan kebetulan, melainkan peringatan agar ia sadar sebelum terlambat.

BACA JUGA:  Demo Anarkis: Menghancurkan Diri Sendiri

Sumpah palsu adalah jerat yang dipasang oleh lidah sendiri. Sekali terucap, ia menjadi racun yang perlahan menggerogoti jiwa.

Dan bagi mereka yang menjadi korban dari sumpah palsu itu, tidak perlu membalas dengan kebencian. Biarkan waktu dan Tuhan yang menegakkan keadilan.

br