Ia menambahkan bahwa dengan mengasah kemampuan berbicara dan menulis baik dalam mengungkapkan pendapat secara lisan maupun tertulis.
Memberi dukungan kepada penulis berupa apresiasi terhadap karya penulis. Umpan balik yang konstruktif untuk pengembangan karya berikutnya.
Menulis dan membaca novel dengan tema lingkungan
“Cerita dalam novel bertema lingkungan dapat menginspirasi pembaca untuk mengambil tindakan nyata terhadap perlindungan lingkungan. Karakter dan plot yang menunjukkan perjuangan dan solusi terhadap masalah lingkungan dapat memotivasi pembaca untuk ikut berkontribusi pada upaya pelestarian alam,” bebernya
Melalui cerita novel bertema lingkungan, lanjut Kak Yudhi, pembaca dapat merasakan dampak dari kerusakan lingkungan pada makhluk hidup dan komunitas manusia. Ini membantu menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap kerusakan lingkungan.
“Novel bertema lingkungan dapat meneguhkan nilai-nilai positif seperti tanggung jawab, keberlanjutan, dan keadilan lingkungan. Ini bisa memperkuat komitmen pembaca untuk hidup dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Memperkaya Literatur, membantu memperkaya pengalaman membaca dan menawarkan perspektif yang beragam. Novel-novel lingkungan menambah kedalaman dan luasnya topik yang bisa dijelajahi dalam sastra,” jelasnya
“Novel bertema lingkungan bisa menjadi pemicu diskusi dan kesadaran sosial tentang isu-isu lingkungan. Ini bisa membantu menciptakan komunitas dengan kesadaran sosial tinggi yang lebih peduli dan aktif dalam isu-isu lingkungan,” tambahnya.
“Dengan mengulik serangkaian manfaat tersebut maka novel “Menanti Musim Berganti” yang menyandang tema lingkungan menjadi layak baca. Karena tidak hanya memberikan paparan sastra, hiburan, juga kesadaran yang berfungsi untuk pendidikan dan perubahan sosial,” pungkasnya.
Dalam diskusi ini, selain Kak Yudhi, Anil Hukma menjadi pendamping untuk melakukan pembahasan terhadap karya Syahriar Tato ini.
Hadir dalam acara ini sejumlah tokoh budaya, sastrawan dan juga pemerhati sastra, di antaranya, Mahrus Andis, M Amir Jaya, Asmin Amin, Ram Prapanca, Anwar Nasyaruddin, Syahril Rani Patakaki, Bahar Merdu, Andi Ruhban dan sejumlah anggota Fosait dan IPMI.