Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia Membedah ‘Manusia Belang'” Alfian Dippahatang

Dengan pandangan penuh harapan, Dzul menegaskan bahwa sinergi antara Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia dan Rumah Literasi adalah langkah penting dalam membangun ekosistem budaya yang lebih kuat.

Alfian Dippahatang, penulis novel “Manusia Belang” sekaligus dosen di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Unhas, menyampaikan rasa terima kasihnya yang mendalam atas kesempatan untuk berbagi karya di tengah komunitas pecinta sastra. Dalam tanggapannya, ia menyatakan, “Saya percaya bahwa setiap karya sastra adalah sebuah cermin yang memantulkan realitas kehidupan, dengan segala keindahan dan kepedihannya. Melalui bedah novel ini, kita tidak hanya membaca teks, tetapi juga menggali makna yang tersembunyi di dalamnya. Diskusi yang terjadi hari ini merupakan wujud nyata dari dialog antara penulis dan pembaca, yang sangat penting dalam memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan. Semoga karya ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mencintai sastra dan terus merenungkan perjalanan manusia dalam segala warna dan nuansanya.”

Dengan penuh semangat, Alfian berharap acara ini menjadi pemicu bagi lahirnya lebih banyak karya yang bermanfaat bagi masyarakat.

BACA JUGA:  Heny Suhaeny, Lulus dari Universitas Cobaan Hidup

Dr. Filawati, S.S., M.Pd., dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar, yang bertindak sebagai pembedah dalam acara tersebut, mengungkapkan kekagumannya terhadap kedalaman tema yang diangkat dalam novel “Manusia Belang.” Dalam pandangannya, ia menyatakan, “Karya ini bukan sekadar narasi, melainkan sebuah perjalanan emosional yang membentangkan kain kehidupan dengan segala corak dan warna. Setiap karakter yang diciptakan Alfian Dippahatang menyoroti sisi-sisi kemanusiaan yang sering kali tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari.”

“Melalui bedah novel ini, kita diberi kesempatan untuk tidak hanya memahami, tetapi juga merasakan denyut kehidupan yang kompleks, mengajak kita merenung dan berempati,” sebutnya.

“Semoga diskusi ini menjadi benih inspirasi bagi kita semua untuk lebih mencintai sastra dan menggali makna di balik setiap kata,” harapnya dengan nada puitis.

Terakhir, Dr. Filawati juga menegaskan pentingnya sastra sebagai jendela untuk melihat dunia dengan lebih mendalam, meneguhkan perannya dalam memperkaya wawasan dan pemahaman kita tentang kehidupan.

Sementara itu, Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S., M.Hum., selaku Ketua Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia, mengajak para penggiat literasi, khususnya yang ada di Kabupaten Gowa untuk bersama-sama merayakan keindahan sastra dan seni sebagai bagian dari keelokan identitas budaya kita.

br
br