UMMI GURUKU

Ummi
Ummi Guruku (ilustrasi)

Seiring perubahan waktu, bertambah pula usia, Ariel hingga tumbuh semakin dewasa. Ia pun mulai menyadari bahwa kehidupan tidak selalu seindah apa yang dirasakan selama ini,  dalam hatinya berkata : Aku harus belajar mandiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Beda halnya dengan ummi yang selalu mengawasi prilaku dan pergaulan anggota keluarganya, hampir setiap hari ummi selalu mengingatkan Ariel agar dapat menjaga diri tidak ikut-ikutan dalam pergaulan remaja yang mabuk-mabukan sebagai anak-anak nakal. Kekuatiran ini berimbas dengan peraturan yang diterapkan ummi dalam keluarga, semua anggota keluarga harus berada dirumah saat Magrib tiba dan makan bersama, jika ada yang harus keluar malam, maka jam 21.30 sudah harus pulang dan berada dirumah, sebab pintu rumah akan tertutup. di gembok.

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah Ariel menyempatkan diri menimba air di sumur mengisi kolam kamar mandi hingga penuh lalu mengepel lantai, bahkan terkadang ia membantu kakak-kakaknya terlebih dulu mengupas kulit ubi kayu -singkong untuk dagangan.

Sepulang sekolah di salah satu STM Negeri di kawasan Gunung Sari Baru Ujungpandang – kini Makassar dengan bersepeda pergi pulang. Setiba di rumah,  Ariel selalu mendapatkan umminya duduk di kursi dekat pintu ruang tamu menantinya pulang. Saat melihat Ariel telah memasuki rumah raut wajah ummi langsung berseri-seri dengan senyuman puas. Ariel pun sangat paham bahwa umminya lagi menanti dengan penuh kekuatiran atas dirinya, pun perasaan perihatin Ariel kepada umminya yang kian mendalam.

BACA JUGA:  Puncak Perayaan HPI 2024 : Penyair D. Zawawi Imron Terima Anugerah Sastrawan Adiluhung dari Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon

Sesaat tiba dirumah ia tidak langsung beristirahat dan makan, namun ia dengan setia membantu umminya terlebih dahulu dengan membenahi dan membersihkan peralatan dapur yang masih berantakan dan kotor seperti piring, baskom dan lainnya yang belum sempat  diselesaikannya.

Terdengar suara ummi: “Maeko rong akkadok, Nak!” ( Makanlah dulu, nak!).

Ariel membalasnya: “Iyye ummi, sinampeppi” (Iyya ummi, sebentar saja).

Semua itu dilakukannya dengan penuh kesadaran, mengingat usia umminya yang semakin tua pasti tenaganya semakin melemah. Apa tak lagi kakak tertuanya yang menikah dua tahun yang lalu bersama seorang dosen IKIP Ujungpandang -UNM Makassar sekarang. baru saja melahirkan putri pertamanya. Begitu halnya dengan kakak bungsunya, sibuk dengan urusan kantornya terkadang pulang sore hari, dia telah bekerja di salah satu instansi pemerintahan sebagai staf keuangan. Sejak itu Ariel sangat berubah, ia pun lebih memperhatikan kondisi umminya dan membantu sesuai dengan apa yang dapat dilakukan di dalam rumah.