Ultah JSM ke-4 : Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Baca Puisi, Komponis Ananda Sukarlan Sampaikan Testimoni

NusantaraInsight, Jakarta — Penyair Pulo Lasman Simanjuntak ikut tampil dalam parade baca puisi menyambut ulangtahun (ultah) komunitas sastra Jagat Sastra Milenia (JSM) ke-4 bertemakan “Setia Pada Visi dan Memperkaya Misi” bertempat di Cafe Sastra Balai Pustaka Jln.Bunga, Matraman, Jakarta Timur, Minggu sore (17/11/2024).

“Kalau tahun 2023 lalu saat ultah JSM ke-3 saya baca puisi terbaru, khusus ultah JSM ke-4 tahun 2024 ini saya akan bacakan karya puisi pada awal proses kreatif saya menulis puisi sebagai penyair pemula tahun 1980-an,” ucap Penyair Pulo Lasman Simanjuntak yang ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.

Karya puisinya juga telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta dipublish (tayang) di 220 media online (website) maupun majalah digital di Indonesia dan Malaysia.Karya puisinya juga sudah “merambah” sampai ke negara Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.

BACA JUGA:  Menulis Mingguan: Pembredelan Seni

Sebelum membaca puisi KALAH ATAU MENANG- tanpa teks tertulis ini- wartawan senior ini bercerita bahwa puisi ini ditulis jelang dinihari di sekitar area Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tahun 1983 lalu.

Kebetulan kami para mahasiwa Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang IISIP-red) dari Kampus Gedung Kanisius sering melewati Taman Ismail Marzuki sambil nongkrong dan kongkow-kongkow sebelum.pulang ke rumah.masing-masing.

“Di sinilah saya tulis puisi KALAH ATAU MENANG.Ada rekan mahasiswa STP seperti Arief Joko Wicaksono, dan Isson Khairul, tetapi kawan dan sahabat seangkatan saya dalam awal proses kreatif menulis puisi tahun 1980-an antara lain Humam S Chudori, Harianto Gede Panembahan, Wig SM, Nanang R Supriyatin, dan Ayid Suyitno PS,” ceritanya.

Sajak

Pulo Lasman Simanjuntak

KALAH ATAU MENANG

kita berangkat dari sebuah titik-
makin lama menjelma jadi mata air
lalu mencium ikan-ikan beracun
di danau
tanpa sayap

(padahal jarak Yogjakarta dan New York hanya segaris, kepastian-kepastian semu)

Kristus pernah engkau dengar bukan?
bermazmur
sesungguhnya cinta itu
permainan gila
para tukang potret amatiran

BACA JUGA:  Bang Maman : Buku Harus Memiliki Google Map

hayo..hayo…
kita berkelahi tanpa badik
melawan matahari betina itu
agar sinarnya yang manja
tak lagi menghamili
hewan-hewan langka kegemaranmu

percayalah,
sejarah akan tunduk
atau kita pura-pura jadi malaikat manis
yang berlari dari kandang sapi
rindu tidur di kereta angin
mulailah

Jakarta, 1983