STEMPEL PALSU

xr:d:DAFVLrvOEBc:2,j:43871082694,t:22121906

Ia menyandarkan kepalanya di kursi. Lalu ujung jemarinya memijat-mijat keningnya. Kepalanya terasa berat. Pening.

Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap menatap stempel-stempel palsu itu, ia terus didera kecemasan dan ketakutan.

***

Hari ini, H.Mallombasi memilih tidak masuk kantor. Ia ingin menghabiskan waktu di sebuah warkop di kota ini sembari menikmati secangkir kopi. Tujuannya tidak ada lain kecuali menenangkan diri. Ia ingin semua beban batin yang menderanya beberapa hari terakhir ini segera lepas. Ia tak ingin lagi dikejar-kejar suara stempel palsu.

Mallombassi memilih duduk di sudut ruangan. Segera pelayan cantik dengan rambut terurai menghampirinya.

“Selamat pagi, Pak,” kata pelayan cantik itu sembari tersenyum simpati.
“Iya, selamat pagi,” jawab Mallombasi.
“Pesan apa, Pak.”
“Kopi hitam.”
Pelayan cantik itu mengangguk dan berlalu.
“Tolong, jangan banyak gulanya,”kata Mallombasi setengah berteriak.
“Iya, Pak,”

Dua atau tiga menit kemudian, pelayan cantik itu telah mengantarkan pesanan lelaki yang tampak kurang bergairah.
Pelayan cantik itu menaruh secangkir kopi hitam dengan sangat hati-hati di depan Mallombasi.

BACA JUGA:  DOA MENEMBUS LANGIT

Tetapi bukan main terkejutnya. Di dalam gelas kopi hitam itu, dilihatnya ada sebuah stempel berbentuk segi tiga. Punya mata, hidung, mulut, dan tanpa telinga.

Digosok matanya dengan kedua telapak tangannya. “Benarkah itu stempel di dalam gelas?” Ia membatin.

Digosok lagi matanya. Stempel segi tiga itu tetap ada. Semakin terang. Dan semakin banyak memenuhi gelas. Ia ketakutan. Sangat ketakutan! Karena stempel-stempel itu mengeluarkan suara-suara asing.

“Dek. Dek. Ke sini dulu. Kenapa ada stempel di dalam gelas,” kata Mallombasi dengan raut wajah ketakutan dan pucat.

“Maksudnya, Pak?”
“Coba itu lihat, stempel.”
“Yang mana, Pak?”
“Itu di dalam gelas.”
“Tidak ada.”
“Ada. Ada.”

Pelayan itu kebingungan. Lelaki yang ada di hadapannya seperti kesurupan. Matanya ditutup lalu menunjuk-nunjuk ke sebuah gelas, yang berisi kopi hitam yang ada di hadapannya.

“Bawa kembali! Bawa kembali!” Teriak Mallombasi.

Pelayan cantik itu menggelengkan kepala. Bingung dengan kelakuan lelaki itu.

“Bawa kembali gelasnya! Cepat bawa!”Mallombasi terus berteriak. Tanpa henti.

BACA JUGA:  Ram Prapanca akan Bangun "Jembatan" di Tahun 2025

Orang-orang (pengunjung) warkop pun berkerumun. Mereka bingung menyaksikan lelaki gagah yang tak sadarkan diri.

Maccini Parang, 20 Desember 2024.