Silent
Puisi Muliaty Mastura
Lebih sebulan
Suaramu masih nyaring
Tetap renyah dan garing
Belum redam meski mawar merah memberi semesta tanda
Ada yg bilang sudalah
Tunggu polisi bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Jangan ribut di medsos
Berkelakar sejuta fakta, ilusi dan emosi
Semakin diredam
Beritanya tak berkesudahan
Kian dihimpit, terjepit, suara- suara itu kian nyaring
Sampai kapan warga membincangnya?
Sampai selesai penerimaan maba?
Sampai warga tak peduli?
Dan semua memilih silent?
Tentu ceritanya masih berseri
Kerja polisi mencari tersangka
Tersangka akan ‘menyanyi’ di pengadilan
Jaksa akan memberi tuntutan
Hakim akan memberi vonis
Namun, aromanya tetap dibincang
Di warkop
Kafe
Gazebo
Sudut kampus
Bahkan di atas ranjang
Lebih banyak silent itu pilihan
Lebih banyak kritis, itu juga pilihan
Sedikit silent itu pun pilihan
Sedikit kritis, itu pun pilihan
Kita mau seperti apa?
Seperti apa rasa haus dan lapar kita?
Apa kita berkiblat pada kebatilan?
Atau merasa risih pada kebenaran ?
Atau tak perlu hal ini didiskusikan di ruang medsos?
Jadilah orang yang selalu silent
Atau kita tetap kritis?
Di posisi manakah kita?
Ah….sudalah
Jadilah warga akademik silent
Karena kita merasa anti kritik
Dan setiap yang mengkritik adalah musuh nyata
Kita ada di mana
Pada puluhan ribu alumni
Daun-daun menguning, jatuh dan menghilang diterpa angin
Pada mawar yang berduri
Menjemput matahari pagi
Kudekap dadaku, kuusap air mataku
Ingin kutitip nama bukan atas relasi kuasa
Karena hamba tak punya daya atas kuasaNya
Somba Opu,
Sabtu, 04.01.2025