Setengah Abad Rumah Buku 5 Tahun Menjaga Api Literasi

Setengah Abad Rumah Buku 5 Tahun Menjaga Api Literasi
Setengah Abad Rumah Buku 5 Tahun Menjaga Api Literasi

NusantaraInsight, Bulukumba — Fenomena makin terlihat dengan jelas. Kebisingan dan kemarahan beradu-padu. Hari-hari terlewati dengan suara yang melengking. Wajah yang berkerut di antara bola mata. Sedangkan alis meninggalkan posisi keindahannya. Orang desa dengan segala keramahan membuat Rumah Buku melangkah bersama kepercayaan. Bertumbuh di antara (pappakadeceng) agar bisa memberikan kebaikan dan kebaikan.

Pada malam yang begitu dingin. Wajah itu kembali memberi tatapan dengan cara yang berbeda. Menandakan simbol kemarahan sedang berada pada puncak tertinggi. Tak ada kebaikan sebab yang ada hanya emosi. Menyisahkan sedikit ambisi untuk mementingkan diri sendiri. Hingga melancarkan gagasan untuk merayakan dan memberikan satu kode Setengah Abad Rumah Buku. Ya, mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa Setengah Abad? Bukankah Rumah Buku masih sangat belia, yaitu terhitung 5 tahun menjaga api literasi? Betul, Rumah Buku memang masih belia tetapi semangat teman-teman tidaklah belia.

Serangkaian fenomena kehidupan berubah jadi kehampaan. Entah karena ini adalah cara untuk merefleksikan sebuah langkah atau hanya partisipasi kehidupan agar tidak terjebak pada satu arah: hampa. Begitulah kiranya kehidupan yang dipinjam masa lalu. Rumah Buku pun hadir sebagai saksi peraduan masa lalu yang begitu gelap. Kehadirannya tak lebih dari kesadaran yang dilucuti tanggung jawab kepedulian pemuda untuk desa. Sebut saja Desa Bontonyeleng adalah serangkaian cerita yang sampai hari terjebak pada konotasi pemaknaan desa miras (tuak). Entah sejak kapan pemaknaan dan pelabelan ini terjadi sampai menjadi konsumsi khalayak umum.

BACA JUGA:  Christmas Concert 2024 : Komponis Ananda Sukarlan Perdanakan Karya Frederic Chopin, Musik Klasik Mulai Diminati Generasi Alpha

Tak terasa perjalanan bergerak lebih cepat dari ingatan. Peringatan setengah abad Rumah Buku adalah bukti gerakan membaca menyalakan api. Perlu kami luruskan “Setengah Abad” agar tidak terjebak pada ambiguitas. Jadi, kesempurnaan setengah abad adalah setengah abadi. Mengingat perjalanan dan perjuangan teman-teman Rumah Buku yang sampai hari konsisten melakukan serangkaian kegiatan literasi. Sengaja kami hilangkan huruf (i) pada artwork yang kami gelar, sebab huruf (i) tersebut ada pada kegiatan. Mengapa? Karena huruf (i) tersebut akan mengantarkan teman-teman pada satu kesempatan berujar; (i) jadi ji tawwa kegiatannya dih. (i) tawwa masih semangat ji mereka berkegiatan meski tak memiliki modal. Dan banyak lagi yang bakal mengantarkan teman-teman pada huruf (i).

5 tahun menjaga api literasi adalah hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya bakal sejauh sekarang. Pun, mengangkat simbol MAPPAKADECENG dalam kegiatan kami nantinya pada tanggal 18 April 2025 di Mabes Rumah Buku yang berlokasi di Desa Bontonyeleng. Adalah sebagai sumbu untuk memperbaiki diri dan seraya menata gerakan tetap bertumbuh. Sebab melestarikan literasi serupa Suku Kajang melestarikan alam dan kebudayaan. Ada hal yang perlu dijaga untuk abadi, yaitu konsisten.