“Diani kembalilah ke orangtuamu, keluargamu pasti menunggumu dan sangat menghawatirkan dirimu, doaku selalu menyertaimu, izinkan saya pergi” kataku sambil menggenggam tangannya yang dingin dan tak lupa kuberikan sajadah merah sebagai tanda agar ia selalu rajin shalat .
Diani hanya tinggal berdiri mematung, dengan langkah berat, saya tinggalkan gadis itu yang masih saja diam, saya menuju mesjid untuk menenuaikan shalat Magrib dan langsung aku jamak dengan shalat isya (sholat jamak qashar taqdim)
Dalam doaku kuungkapkan rasa sedih, tak sanggup lagi aku menahan air mataku, kuangkat kedua tanganku
Ya Allah Hidup dan Matiku hanya kepada MU.
Dalam sedihku dalam suka dan duka ku hanya ke pada-Mu ku serahkan.
Ya Allah tidak ada Tuhan selain Engkau
Tidak ada yang ku sembah selain Engkau.
Engkau maha pengasih maha penyang
Ya Allah jangan tinggal diriku walau sekejap pun
Hari ini atas izin-Mu atas kehendak Mu
Ku tinggalkan tanah kelahiranku Butta salewangan
Ku tinggalkan gadis yang selama ini ku puja ku sanjung dan kusayangi dengan dengan segenap hatiku
Berikan aku kekuatan berikan aku kemudahan untuk menempuh kehidupanku yang baru
Ya Allah sayangi Diani, bahagiakan hatinya, berikan kami keikhlasan menempuh hidup kami masing masing sesuai takdir yang telah engkau gariskan untuk kami.
Waktu menujukkan pukul 08.00 tak lama lagi Kapal siap berlayar yang akan membawa aku ke Surabaya meninggalkan Butta salewangan.
Aku meninggalkan mesjid sambil berjalan menuju kapal aku menoleh ke tempat Diani berdiri, disinari lampu Dermaga ku lihat dirinya masih tetap berdiri dengan sejadah merah di tangannya.
Aku mulai menapak tangga kapal 1/1 pertanda tak lama lagi Dermaga Angin mamiri akan aku tinggalkan. Perjalanan naik tangga kurasakan sangat berat untuk sampai ke geladak.
Selang beberapa waktu sirene kapal mulai berbunyi, ku pandang ke Dermaga Diani masih berdiri seakan tak ingin beranjak dari tempatnya, lambaian tangannya dengan sejadah merah kurasakan begitu pilu di dada.
Kapal dengan perlahan tapi pasti meninggalkan Dermaga Angin Mammiri, diiringi lagu Teluk Bayur, hatiku seakan memberontak, ingin rasanya ku berlari pulang meraih tangan Diani, tak terasa air mataku berlinang kasih sayangku yang tulus ikhlas harus berakhir di Dermaga Kota angin mammiri.
Selamat Tinggal Dermaga Anging Mamiri, selamat tinggal Diani kasihku sepanjang hayat, betapa cintaku kepadamu namun Allah berkehendak lain, kita harus berpisah di Dermaga Angin Mammiri.