Menjawab pertanyaan seputar event sastra di Indonesia yang dapat berhasil, Riri Satria yang sehari-harinya adalah Staf Khusus Menko Polkam bidang teknologi digital, siber, dan ekonomi ini menjawab bahwa ada 4 pilar supaya event (acara) sastra bisa berhasil.
Pilar pertama, penyair itu sendiri, ada karya yang baik, dan mengerti situasi sosial di sekitarnya.
Pilar kedua, pemerintah menjadi katalisator pembinaan dan kepeduliaan.
Pilar ketiga korporate swasta, tentu saja kehadiran korporate swasta ini untuk menjadikannya donatur.
Sedangkan pilar keempat yaitu civil sociaty yakni masyarakat madani bersedia mendengar puisi dibacakan.Dengan demikian isi dan pesan puisi dapat disampaikan kepada masyarakat.
Sebagai dosen ilmu komputer di Universitas Indonesia (UI) ditanyakan juga kepada Riri Sastria apa tanggapannya seputar kehadiran teknologi meta AI (teknologi kecerdasan buatan-red) dikaitkan dengan proses kreatif dalam menulis karya puisi.
“Belakangan ini memang banyak orang menuduh macam-macam dan enggak-enggak.Seolah-olah saya dituduh mengajarkan penyair untuk menulis puisi pakai teknologi AI.Saya hanya mengajarkan bagaimana teknologi AI menulis puisi supaya orang-orang (penyair) paham.Penyair seharusnya berprestasi di atas itu, jangan sampai kalah dengan mesin teknologi.Para kurator juga harus lebih berhati-hati lagi, apakah ini karya puisi orisinal ataukah buatan teknologi AI,” ucapnya.
“Sekali lagi, para kurator lebih berhati-hati pada puisi buatan teknologi mesin AI.Ya, saya banyak disalahpahami.Namun, saya mencoba mengingatkan bahwa kita memang tidak bisa menafikkan atau menolak teknologi ini ” kilahnya.
Kita hanya bisa “beradaptasi”dengan teknologi.Salah satunya adalah “adaptasi” bagaimana jangan sampai mesin teknologi menggantikan peran manusia itu sendiri.
“Untuk itu kita perlu menengahi bagaimana mesin itu bekerja.Tapi saya malah dituduh mengajarkan penyair menulis puisi mempergunakan teknologi kecerdasan buatan tersebut.Saya bilang ini sih pendapat tak cerdas, apalagi saya ini ‘kan orang puisi juga dan orang teknologi juga.Maka enggak mungkin saya bertindak ‘segila’ itu .Pesan saya, kita harus berhati-hati kita harus lebih cerdas dari AI,” pungkasnya.(***)
Kontributor :Lasman Simanjuntak