Prof.Dr.Wahyu Wibowo : Dalam Proses Kreatif, Karya Puisi Pulo Lasman Simanjuntak Cenderung Bergulat Dalam Sepinya

Prof.Dr.Wahyu Wibowo, Penyair ,Sastrawan, dan Penulis 50 buku yang sehari-harinya adalah Dosen Filsafat Bahasa pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, Jakarta.(Foto : Ist/Kir/Lasman Simanjuntak)
Prof.Dr.Wahyu Wibowo, Penyair ,Sastrawan, dan Penulis 50 buku yang sehari-harinya adalah Dosen Filsafat Bahasa pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, Jakarta.(Foto : Ist/Kir/Lasman Simanjuntak)

Enam Puisi Pilihan Terbaik

Sementara itu di bawah ini sejumlah karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak, penyair yang karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.

Karya puisinya juga telah sejak tahun 1980-2024 telah dimuat pada 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta tayang (dipublish) di 238 media online (website).Dalam tiga tahun terakhir ini karya puisinya juga telah “go internasional” sampai ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan terakhir India.

Sajak Sajak Pilihan Awal Tahun 2025

Pulo Lasman Simanjuntak

DARI BENUA LAIN

dari benua lain
kucuri jejak membatu
kemarau pecah di tangan kiri
seperti suara riuh
pesta rakyat semu
masihkah engkau bermukim di situ ?

matahari melepuh
dalam sajakmu
tak mampu lagi meninju jasadku

“aku datang tanpa topeng, seperti dulu kita pernah memburu para pekerja malam di pinggir kotamu.”

lama engkau sodorkan sumur-sumur subur
menggairahkan cuaca yang surut
dalam permainan kata
permainan makna

BACA JUGA:  Pameran Seni Rupa Revolusi Esok Pagi: Menikmati Dunia yang Ganjil Namun Indah

di depan pintu gerbang itu
sepiku terperosok
ke dalam selokan

kurenangi tangis
sungai keruh
bulan menganga
bintang-bintang terjaga

di pintu halaman rumahmu
aku berlari kencang
membawa salib
jati diri
tak bertemu
jarak tegak

berkilometer tangisan sudah kusentuh
ratusan perjudian liar
sudah kukunyah
sampai kenyang
dari hotel berbintang tiga
turun lagi ke jagad sejati

sepucuk surat genap
melenyapkan angan debat yang purba

Jakarta , Juli 1997

 

RUMAH MUNGIL TANAH MERDEKA

rumah mungil tanah merdeka
di sini puisiku bernyanyi
bersama santi
berwajah matahari
disodorkan busana
warna putih

masa kanak-kanak
lalu memanjang
membentur pohon rambutan

porselen antik
jadi perhiasan mati
hanya wajah Yesus
ada di jantung kami

sehingga apa saja
tergenang dalam sejarah
dalam rumah tua
boneka panda di kursi, patung porselen, kelinci putih menggelinding dari matahari tuli

nikmat kami menghitung hari-hari
tak pernah tertulis
dalam almanak

lalu kami menembus hujan lebat
sore hari
mengumpulkan sunyi seperti bakteri

cinta birahi liar
jadi penyakit kelamin
lelaki insomnia
setengah hati

BACA JUGA:  Diskusi Novel Menanti Musim Berganti, Yudhistira: Setelah 13 Tahun Saya Dipertemukan Lagi

Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022

 

TUNTAS

duka siapa mau menyergap
di rimba kamarmu
sejarah berterbangan
tak pernah bercumbu
dengan matahari pagi
hanya sepotong roti tua
disuguhkan pria perkasa

bersenjatakan roh ketakutan
digelar di meja judi
tertangkap angin jahat
pada tiap dinihari

kini kita saling menjaga jarak
ruang dan waktu
tak pernah lagi saling bertemu