Post-Truth, Gemini, dan REP #6 di Bulan Juni

Salah seorang panitia melangkah ke depan mengambil gambar saat penyerahan cendera mata dilangsungkan. Diiringi dengan ucapan “bismillahirrahmanirrahim” oleh para pengunjung.

Zamkamil dan Haryudi Rahman mendorong gerbang tersebut ke sebelah kanan sebagai simbol pembukaan Pameran Revolusi Esok Pagi #6.

“Kita akan mendapatkan kejutan dari karya-karya yang ada di dalam. Nantinya karya-karya itu akan meggerogoti imajinasi, logika, dan perasaan kita. Jadi saya harapkan apresiasi dari teman-teman sekalian yang mungkin tidak terlibat di dalam pameran ini,” ucap Haryudi Rahman.

Kalimat yang disampaikan dalam sambutannya itu mungkin benar. Selepas melewati gerbang, para pengunjung disuguhkan sebuah instalasi  yang tingginya kira-kira 300 cm dengan warna cat yang tampak menyatu dengan tembok gedung.

Sisi kira dan kanannya terlihat sebuah lengan manusia lengkap hingga jari-jarinya.

Halaman gedung yang tak terlalu luas telah dipadati pengunjung. Ada yang berdiri juga ada pula yang duduk.

Beberapa pasang kamera dicondongkan ke atas untuk mengabadikan pertunjukan yang sedang berlangsung: “air on aer”.

Ini merupakan pertunjukan musik eksperimental dari Prodi Musik IKM, yang memadukan udara dan air sebagai sumber idenya.

BACA JUGA:  Menuju Anugerah Sastra dan Kebudayaan 2024 Penyair Taufiq Ismail Sebagai Bapak Sastra Indonesia

“Musik yang diciptakan dari beberapa gelombang dan tiupan yang dihasilkan oleh pemain melalui air dan besi itu, sangat menarik dan memukau menurut saya. Karena baru pertama kali saya jumpai pertunjukan seperti itu,” ucap Suneo, salah satu pengunjung pameran.

Musik yang dimainkan Haryudi Rahman, Muhammad Adnan, Yasir dan Jurdika, mampu menghipnotis pengunjung.

Awan hitam mulai memadati permukaan sore itu. Sesekali guntur menggelegar. Hanya berselang beberapa menit, setelah pembukaan dan pertunjukan musik eksperimental disajikan.

Bulir hujan turun, makin deras, memaksa pengunjung mengambil tempat untuk berteduh. Sebagian melangkah masuk ruangan untuk menyaksikan karya pada pameran itu.

“Mana lukisan yang menarik perhatian ta, Kak,” tanya Raisa kepada salah seorang pengunjung.

Dengan apik orang itu menjelaskan setiap lukisan kepada orang-orang yang ditemuinya. Dia merupakan salah seorang panitia dari kegiatan tersebut

“Saya diarahkan untuk jaga lukisan di lantai 3,” ucapnya dalam sebuah percakapan.

Senyum ramah yang selalu melekat di wajahnya membuat ia tampak bersahabat. Sapaan hangat kadang meluncur dari bibirnya, kepada setiap pengunjung.

BACA JUGA:  PERGINYA GURU BESAR ILMU BIARIN

Ia menjelaskan seadanya kepada peserta, tidak menambahkan juga tidak mengurangi apa yang ia ketahui.

“Post-truth” merupakan sebuah tema dalam Pameran Revolusi Esok Pagi #6.