“Mereka dilatih setiap minggu untuk memahami pola komunikasi antar personal, latihan mental, belajar tentang seni, memahami ragam-ragam seni yang diajarkan oleh masing-masing pelatih. Dari pembelajaran selama 6 (enam) bulan akhirnya diadakan pentas evaluasi yang fungsinya untuk mengajak anak-anak merangkum kembali apa yang sudah dipelajari. Secara garis besar pertunjukan evaluasi diadakan 2 (dua) kali dalam setahun,” rinci Agus Mega.
Seniman Teater R Eko Wahono pun menyambut baik pembinaan olah seni dimulai saat usia dini. Untuk olah seni teater dari 10 (sepuluh) pemain yang tampil hanya 1 (satu) orang dari SMA, sisanya anak-anak SD.
“Ini memang tantangan tersendiri. Tapi justru kita akan “terperangah” melihat potensi dan kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar. Bahkan, pementasan Sandiwara Tikus justru lahir sepanjang proses dalam latihan,” ujar Eko.
Lantas Eko menunjukkan sinopsisnya, antara lain isinya sebagai berikut:
“Bertahun-tahun rumah mereka diteror tikus. Awalnya, mereka anggap itu hal lumrah. Biasa terjadi pada hampir setiap rumah. Baik yang dihuni maupun yang telah ditinggal pemiliknya. Tapi kali ini, perbuatan si Pencuri sudah sangat melewati batas. Semakin dibiarkan, mereka tidak saja mencuri apa saja yang ada di depan matanya. Bahkan, mengajak anak untuk serta keluarganya. Lalu membentuk koloni di atap plapon rumah.
Para pencuri itu harus segera dienyahkan. Darurat revolusi terhadap oknum pencuri harus digencarkan malam ini. Tak ada kata ampun untuk para maling.
Mereka, gerombolan tikus itu harus diberi pelajaran, pekik saudara tertua”
Jika dilihat dari antusiasme masyarakat (penonton) terhadap pentas Sabtu (21/06) lalu sangatlah tinggi. Terbukti dari kapasitas tempat duduk di Gedung Teater Tertutup, terisi penuh. Bahkan beberapa penonton harus duduk di lantai.
Hal tersebut bisa menjadi semangat bagi Taman Budaya NTB sebagai laboratorium seni yang terus berinovasi dalam mencetak generasi kreatif, berkarakter, dan memiliki daya saing di masa depan.
*Evaluasi Berkala*
Sehari sebelum pemantasan, sebagaimana dilansir Redaksi Lombokvibes dan pesan WhatsApp, Lalu Suryadi menekankan bahwa program Olah Seni Taman Budaya NTB ini dirancang melalui sistem pelatihan berjenjang, dimulai dari tingkat pemula hingga tahap eksperimentasi. Tiap peserta dibina untuk mencapai kompetensi yang sesuai dengan bidang yang mereka tekuni. Selain mengembangkan bakat dan kreativitas, program ini juga menanamkan nilai-nilai estetika serta kehalusan budi pekerti sebagai bagian tak terpisahkan dari proses berkesenian.