Pengalaman Mengikuti Workshop Menulis Kreatif Seni Rupa REP #6

Fadly sudah bersiap untuk menyelesaikan penjelasannya, ditandai dengan mempersilakan pemateri untuk memulai bahasannya. Agar ruangan ini dapat dipenuhi oleh lontaran buah pengalaman dan materi yang telah dipersiapkan.

Tidak lupa mereka juga memberikan kesempatan kepada peserta supaya kegiatan ini dilakukan dengan dua arah, interaktif. Walaupun dengan konsep belajar mengajar pada umumnya berlangsung.

Seorang pria dengan standar tinggi Indonesia kemudian melangkah maju perlahan ke depan. Ia tertutupi dengan pakaian santai dan kembali membuka kegiatan. Dilanjutkan dengan menjelaskan sedikit materi yang akan didapatkan oleh peserta kali ini.

Di akhir kalimatnya, ia beranjak izin untuk keluar ruangan guna menunaikan pekerjaannya yang lain. Namun dia duduk tak jauh dari ruangan tembus pandang ini.

Tinggallah seorang pemateri yang juga tingginya tidak jauh berbeda dengan dua orang sebelumnya di tempat yang sama mereka berdiri.

Tubuhnya cukup besar. Kemeja yang menempel di tubuhnya cukup membuat ruangan ini terasa formal. Saya coba menarik diri lalu mempertanyakan formalitas baju yang saat itu saya gunakan.

BACA JUGA:  Materi Keorganisasian LKPTS Pimda 28 Makassar 

Baju yang dia gunakan cukup berbeda dengan Fadly. Ia menggunakan atasan yang gelap dan bawahan berwarna cerah, yaitu kemeja biru navy yang sengaja tidak dikancing sempurna dengan menyisakan beberapa kancing di atas sana yang berseberangan dengan Levis kremnya.

Tepat sebelum berada di tempat kedua orang sebelumnya berdiri, ia memperkenalkan dirinya, Maysir Yulanwar, seorang yang aktif dalam bidang fotografer, penulis dan desain grafis. Ia mengecek seisi ruangan seraya memenuhi ruangan itu dengan materi yang disampaikannya.

Di tengah sesinya yang cukup cepat dan padat, sesekali para peserta meminta jawaban atas penghubung isi kepala mereka dengan materi yang dituangkan dan lainnya akan pertanyaan yang cukup membuat pikiran mereka terganggu.

Beberapa kali ia lepas-pakai kacamata yang menempel di wajahnya. Dalam beberapa waktu, di ruangan itu perlahan saya merasakan bahwa saat ini hawanya belum cukup dingin merasa ditambah lagi melihat beliau menggunakan kupluk berwarna hitam, rasanya semakin tak tertahankan.

Ceret air yang dibawa oleh Maysir Yulanwar sepertinya sudah penuh dengan materi yang dibawakannya menandakan waktunya sudah selesai.

BACA JUGA:  BAIT BAIT PENA

Pria yang sebelumnya duduk di luar bergegas masuk, melihat kekosongan di tempat tadinya Maysir Yulanwar berdiri.

Sambil menunggu waktu istirahat tiba, yang ditandai dengan waktu Maghrib, ia mengisi sela-sela waktu tersebut dengan informasi ringan.