Pementasan Langen Mataya Bedhayan Gandrungmanis, Mengusung Semangat Revitalisasi dan Penggalian Tari Jawa Klasik Gaya Surakarta

Proses inti latihan pementasan Langen Mataya Bedhayan Gandrungmanis dilakukan terhitung sejak 19 September 2025 di Pusgiwa UI.

Kegiatan ini diawali dengan upacara selamatan atau wilujengan sebagai pembuka proses tempuk gendhing (latihan bersama pemusik dan penari).

Kegiatan ini dilanjutkan dengan latihan perdana Bedhaya Gandrungmanis dengan diiringi gamelan secara langsung.

Memasuki awal bulan Oktober 2025, latihan turut didampingi Ely D Lutan, salah satu maestro tari Jawa klasik yang tinggal di Jakarta.

“Beliau banyak memberikan arahan detail gerak, pemahaman musikal, dan penghayatan tari Bedhaya,” ucap Naufal Anggito Yudhistira.

Proses latihan tari Bedhaya Gandrungmanis mengalami banyak tantangan yang membuat proses pra-pementasan menjadi sangat menarik.

Pertama, adalah pencarian titik temu antara pemusik dan penari. Kesepahaman garap, teknis, dan rasa menjadi penting dalam upaya mewujudkan suatu pertunjukan tari yang utuh.

Kedua, perbedaan gaya tari dari masing-masing penari. Perbedaan gaya-mazhab dari masing-masing penari ini tidak lain adalah gambaran kekayaan ragam dan cabang tradisi tari klasik gaya Surakarta.

Hal ini justru membuat proses pencarian bentuk dan perwujudan tari Bedhaya Gandrungmanis semakin dinamis dan menarik.

BACA JUGA:  KOTA TANPA PUISI

Selama proses pemahaman rasa dan kebatinan tari yang diberikan oleh Ely D Lutan, tampak bahwa aspek olah rasa menjadi sangat penting.

Kesembilan penari Bedhaya pada prinsipnya adalah satu kesatuan, sehingga mencari titik temu rasa dari kesembilan penari menjadi suatu tantangan tersendiri.

Terlebih lagi, proses ini dilakukan dalam waktu yang tergolong cepat. Para penari merasakan banyak sentuhan-sentuhan tersendiri dalam batin mereka selama proses latihan.

Mereka semakin mengenali tubuh, memahami bahwa tubuh ini adalah bagian tidak terpisahkan dengan diri mereka. Penari memahami bahwa mencoba memahami rasa bedhayan adalah upaya mempertahankan konsentrasi dengan rasa pasrah dan rendah hati, namun tetap bersyukur pada segala daya yang bersumber dari Tuhan.

Pementasan akan digelar di Ruang Serbaguna lantai 4 Perpustakaan Nasional RI. Pemilihan tempat pertunjukan di Perpustakaan Nasionaal RI tidak lain adalah wujud harapan bahwa tari Bedhaya Gandrungmanis yang digali berdasarkan naskah kuno ini dapat diapresiasi lebih luas lagi.

“Perpustakaan Nasional RI senantiasa membuka ruang bagi siapa saja, termasuk para pegiat seni, yang hendak membuat acara berbasis literasi. Pementasan ini tidak dapat dilepaskan dari proses literasi naskah kuno yang menjadi salah satu semangat pemajuan budaya Indonesia,” pungkasnya.(***)

br
br