NusantaraInsight, Kediri — 22 Juni 2025 dengan sepotong senja yang sedikit malu-malu di sudut lapangan Kampung Inggris. Menggelar pertemuan dan perkawanan di antara huruf. Suara bersahutan membaca lembar demi lembar buku Jurgen Habermas tentang Modernitas: Sebuah Proyek Yang Belum Selesai.
Rumah Buku sedikit berbeda dengan biasanya. Aktivitas kali ini tidak berbicara tentang ruang desa di Bontonyeleng, Bulukumba. Tapi, membicarakan tentang perjalanan mencari huruf-huruf yang berserakan. Bisa dikatakan ini adalah tour berbuku.
Sore pukul 16.30 – 19.00 Wib mempertemukan seduhan cerita. Adalah peristiwa menarik untuk diobrolkan. Menyeret banyak peristiwa dari teman-teman Cicilan Huruf dengan latar belakang berbeda, tetapi tak mengurangi pertemuan untuk membicarakan buku Habermas.
Salah satu kawan dari DR Kopi mengatakan jika kegiatan Cicilan Huruf sangat bagus untuk diagendakan di Pare. Lebih tepatnya di Kampung Inggris. Apalagi melihat orang-orang datang silih berganti. Cicilan Huruf ini bagaikan kita sedang menyeduh cerita: menarik. Tegasnya dengan penuh harapan.
Melihat perkembangan teknologi dan juga zaman, tentu kita butuh ruang-ruang seperti ini untuk bergerak dan berdampak. Ini sangat relevan dengan pembahasan pada buku Habermas tentang Mentalitas Modernitas Estetik. Kesadaran inilah yang mengekspresikan diri dalam metafora ruang avant-garde _ yaitu ruang avant-garde yang mengeksplorasi teritori yang masih belum diketahui, yang membiarkan dirinya terpapar resiko perjumpaan-perjumpaan mendadak dan mengejutkan (Habermas, 9, 2021: Mentalitas Modernitas Estetik).
Rizal salah satu peserta Cicilan Huruf mengatakan, bahwa buku ini sebenarnya sangat berat. Tapi, menjadi sangat ringan saat diobrolkan seperti ini. Pungkasnya dengan tatapan yang meyakinkan.
Saya pikir Rumah Buku dengan Cicilan Huruf akan membuat satu dari sekian program yang mengasyikkan. Tentunya karena kita bisa have fun dan saling berbagi sudut pandang dengan lintas disiplin ilmu. Tutup Musakkir Basri selaku sopir Rumah Buku.