Fasli Kadir lewat karyanya, “Man And A Tree” mengasosiasikan orang yang ingin menonjolkan dirinya dengan menciptakan kontradiksi dan penyimpangan. Aad Mandar menampilkan segala yang bergerak di dalam atau di luar diri sebagai energi yang perlu terjaga dan terpelihara. Karya yang mengimbau agar kita selaras dengan alam itu diberi judul “Bertumbuh”.
“Belantara Rumah” merupakan karya Muhammad Suyudi yang berkisah tentang proses kehidupan manusia, yang terkadang tidak mengenal dirinya, apalagi tuhannya. Guf Tawakkal dalam karya “Fokus Bermimpi”, menilai manusia kerap terjebak mimpi-mimpinya dan melupakan kehidupan nyata.
Ledy Kadang dengan karyanya “Inside The Beauty”, memilih potret dan riwayat seniwati Meksiko, Frida Kahlo sebagai pesan karyanya. Perempuan dengan kegetiran sepanjang hidupnya itu, oleh Ledy direkontruksi dengan pecahan cermin yang dikomposisikan pada bagian wajah.
Saya ditanya oleh Jenry Pasassan, apa tanggapan saya terhadap pameran yang barusan saya saksikan. Saya jawab, secara visual, indah dan menarik, terlepas dari pesan-pesan yang mau disampaikan oleh masing-masing perupa. Walau diakui Jenry, apa yang dilakukan masih berupa pengulangan.
Terlepas dari itu, pameran seni rupa Revolusi Esok Pagi #5 bertema Anomali ini layak diapresiasi. Pertanda, pertukaran ide dan gagasan hidup di antara para perupa. Juga para perupa hendak mengkomunikasikan kreatvitas dan ekspresi seninya kepada publik, penikmat seni di Kota Makassar. (*)