NusantaraInsight, Jakarta ,– Sejak angkatan tahun 1970-an versi kritikus sastra HB.Jassin Indonesia tak.punya lagi angkatan penyair. Setelah tahun 1970, kemana kini angkatan penyair dalam perjalanan sastra Indonesia?
Pertanyaan ini dilontarkan langsung oleh Octavianus Masheka, Penyair dan Sastrawan yang juga Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) di Jakarta, Senin pagi (29/9/2025) usai menyelenggarakan peluncuran (launching) buku antologi puisi bersama REPUBLIK PUITIK dan MANIFESTO JABODETABEK di PDS.HB.Jassin, TIM Jakarta, Minggu siang (28/9/2025).
“Oleh karena itu kita berharap Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dapat mengambil.peran untuk menciptakan angkatan-angkatan baru dan forum-forum baru untuk perjalanan kepenyairan di Indonesia,” pintanya.
Bung Octa-panggilan akrabnya- memberikan contoh angkatan.sastra.milenial.(gen z) itu seperti apa, atau angkatan sastra tahun 2000 seperti apa pula.
“Siapa tokoh-tokohnya, misal tahun 1970-an berdasarkan data sastra yang ada muncul nama Sutardji Calzoum Bachri (SCB).Setelah itu tidak ada lagi,” tegasnya.
Diperlukan pemetaan untuk tiap angkatan sastra dalam rangka mewujudkan perjalanan kepenyairan Indonesia.
“Kita telah kehilangan kritikus puisi yang ‘mumpuni’ seperti HB.Jassin.Justru yang ada sekarang diera Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang dulu adalah forum-forum pertemuan penyair, namun pada saat sekarang tradisi itu sudah hilang.Oleh karena itu DKJ yang mestinya berkelanjutan,” pintanya lagi.
Dikatakan oleh Octavianus Masheka-seorang penyair yang belakangan ini melalui TISI- sering menyelenggarakan event-event sastra tingkat nasional, semua itu adalah tugas Dewan Kesenian Jakarta ( DKJ ) yang akan datang.
“Republik Puitik bersama TISi tahun depan semoga bisa memetakan angkatan.per angkatan sastra yang lebih sempurna lagi.Misal penyair angkatan 2000 bisa dipetakan untuk.masuk angkatan 2000 ,”.pungkasnya.
Apakah Puisi Masih Diperlukan
Sementara itu dalam cover belakang buku antologi puisi bersama REPUBLIK PUITIK yang diterbitkan oleh penerbit TARESIA (Gerbang Literasi Nusantara) -cetakan pertama September 2025 setebal 2015 halaman- Penyair dan Sastrawan Eka Budianta berpendapat bahwa sepanjang Indonesia merdeka, kata Octavianus Masheka melalui telepon, Chairil Anwar telah memberikan semangat kepada Bung Karno.
Mengapa Eka Budianta tidak menulis untuk pemimpin zamannya ?
“Saya tersehentak dan tersentuh.Apakah puisi masih diperlukan.Pada saat ini Artificial Inteligence (AI) pun bisa menulis puisi.Saya ragu, apakah buku antologi puisi REPUBLIK PUITIK ini masih mendapat tempat dan tercatat .Jangan-jangan hanya Octa saja yang membacanya,” kilahnya.