Mengemuka Usulan Agar Pemkab Gowa Buat Perda Tradisi dan Sastra Lisan Berbahasa Makassar

Dikatakan, agar tradisi lisan tidak terpinggirkan oleh arus besar globalisasi maka perlu segera didokumentasikan dalam bentuk teks, foto dan video, serta didigitalisasi.

Nojeng yang mengangkat royong dalam disertasinya, mengungkapkan bahwa tradisi dan sastra lisan itu punya muatan pendidikan karakter. Dahulu dipraktikkan oleh orangtua ketika menidurkan anak, yang diberi nasihat dan doa-doa tetapi dengan cara didendangkan.

Tradisi lisan ini termasuk salah satu objek pemajuan kebudayaan, menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Selain tradisi lisan, ada pula manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.

Rusdin Tompo, pegiat literasi dan Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan, menjadi moderator kegiatan yang dilakukan di kawasan wisata dengan pemandangan hamparan sawah itu. Sebagai legal drafter Perda Sulawesi Selatan Nomor 5 Tahun 2023 tentang Literasi Aksara Lontaraq, Bahasa, dan Sastra Daerah, dia menyambut positif usulan pembuatan Perda terkait tradisi dan sastra lisan berbahasa Makassar.

Musa, S.Kom, MM akademisi LP3I, ketika menyampaikan materi “Menghidupkan Tradisi Lisan di Era Artificial Intelligence” mengatakan bahwa kemajuan teknologi bisa membantu proses kreativitas dan produktivitas kita.

BACA JUGA:  RUMAH MUNGIL TANAH MERDEKA

“Perlu kolaborasi antara pelaku seni budaya dengan content creator untuk menghidupkan tradisi dan sastra lisan kita di jagat maya,” saran praktisi IT itu.

Musa juga menyarankan agar pelestarian dan pemajuan tradisi dan sastra lisan itu dilakukan melalui penerapan kurikulum pada lembaga pendidikan. Juga melalui dukungan komunitas, dan pembiasaan dalam keluarga.

Peserta workshop ini cukup beragam, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, pustakawan, penggiat literasi, juga seniman, dan staf dari instansi pemerintah Kabupaten Gowa.

Ada banyak usulan mengemuka dalam workshop. Selain mendorong lahirnya Perda, peserta juga mengusulkan dibuatkan komik dan animasi bagi kalangan anak-anak, penulisan karya sastra berupa cerpen dan novel, serta pembuatan film dokumenter.

Kegiatan workshop yang berlangsung selama 3 hari (22-24 Agustus 2025) ini diadakan oleh Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia.

Ketua Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia, Dr Sumarlin Rengko HR, SS, M.Hum mengatakan workshop tradisi lisan ini merupakan bagian dari program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) 2025 Balai Pemajuan Kebudayaan Wilayah XIX Kementerian Kebudayaan RI. (*)

BACA JUGA:  Prof Karta Jayadi, KOPI HAJI, dan Perayaan Spiritualitas