NusantaraInsight, Makassar — Antologi Cerpen karya Amir Jaya berjudul Kaki-kaki Telanjang dilaunching dan dibedah di Kafe Baca Jalan Adhyaksa nomor 2 Makassar, Sabtu (9/9/2023).
Launching Antologi Cerpen Kaki-Kaki Telanjang ini bertepatan dengan hari jadi penulisnya, M. Amir Jaya, 56 tahun yang lalu.
Baca juga : Kaki-Kaki Telanjang Dibahas, Ada Apa ?
Muhammad Amir Jaya yang lahir di Tanaberu Kepulauan Selayar, 9 September 1967 merupakan Alumni Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni-IKIP Ujungpandang (sekarang UNM).
Mantan wartawan ini sudah menerbitkan beberapa buku karyanya sendiri, baik cerpen, novel maupun puisi. Antologi Cerpen Kaki-Kaki Telanjang ini, merupakan Antologi Cerpen Amir Jaya yang ke tujuh.
Menurutnya, cerpen yang digarap ini merupakan kumpulan cerpen yang pertama setelah dia vakum selama 5 tahun menulis cerpen.
Selain dilaunching, antologi cerpen ini, juga dibedah oleh beberapa pakar di bidangnya, seperti Mahrus Andis (Kritikus Sastra), Zulkarnain Hamson (Penulis/Akademisi), Yudhistira Sukatanya (Sutradara Teater) dan satu orang penulis cerpen muda Adil Akbar Ilyas dan dipandu oleh Andi Ruhban yang juga penggiat anti korupsi.
Mahrus Andis mengawali kritiknya dengan menyampaikan bahwa Cerpen Kaki-Kaki Telanjang memiliki tema menggelitik dan kaya pesan moral, utamanya terkait isu-isu korupsi.
Mahrus Andis melanjutkan bahwa cerpen atau cerita pendek adalah karya sastra jenis prosa. Berbeda dengan puisi, cerpen memiliki konvensi penulisan tersendiri berupa plot atau sering disebut alur cerita. Plot sebuah cerpen biasanya bersifat konvensional dan nonkonvensional.
Plot konvensional sering kita dapati pada cerpen-cerpen karangan Mochtar Lubis, Hamsad Rangkuti, Mochtar Pabottingi, Rahman Arge dan lain-lain.
Di level cerpenis muda di Sulawesi Selatan, jenis cerpen nonkonvensional dapat dibaca pada karya Andi Wanua Tangke, Anwar Nasyaruddin, atau Pangerang P. Muda.