La Ruhe Sajikan Balutan Asmara di Meja Bedah

La ruhe
Foto bersama usai bedah buku Balutan Asmara La Ruhe

“Buku ini yang menyingkap “sedikit sejarah komunikasi” anak manusia. Pakai surat, ada perangkonya. Atau pakai surat, melalui mak comblang dan buku yang kasih habis jatah ISBN Indonesia,” singgungnya.

Lebih dalam Rusdin Tompo mengulas isi buku, berupa copy surat-surat Andi Ruhban kepada sejumlah perempuan, dalam surat-surat itu ada ungkapan perasaan, cinta, hasrat, dan kesepian dan ada cerita tentang diri, kondisi dan situasi dari si penulis surat

Rusdin juga membedah sosok penulis surat ini sendiri tentang siapa dan apa itu Andi Ruhban di masa itu serta tentang penulis mempersonifikasikan dirinya “yang hidupnya mirip-mirip buku”. Pertanyaannya kenapa mesti buku? Apakah karena suka membaca apa saja?

Bahkan secara eksplisit, Rusdin mencatat detail nama-nama perempuan yang dikirimi surat cinta, rentang waktunya serta di mana tempat dan waktu dia menulis surat.

“Yang jadi pertanyaan kenapa surat-surat itu dikirim, apakah karena ketertarikan kepada lawan jenis: asmara, hasrat, berahi. Apakah karena diakui bahwa dia kesepian. Dia isi waktu di perpustakaan dan nonton,” ulas Rusdin.

BACA JUGA:  DLHK Sulsel, Jadi OPD Terinovatif

“Rupanya itu tidak cukup. Ada lubang dalam hatinya. Tapi kenapa mesti perempuan jadi mediumnya. Kenapa mereka sebagai perempuan “diperalat” untuk memenuhi kebutuhan kesepian itu?,” sebut Rusdin lagi.

Terakhir Rusdin bahkan menyebutkan bagaimana cara, metode, modus operandi yang dilakukan La Ruhe untuk mendekati perempuan yang ditaksirnya.

“Modus operandinya, dia akan bercerita tentang dirinya; memperkenalkan dirinya, bahkan berat dan tinggi badan. Dia selalu pedekate ke orangtua si wanita. Dia terkesan mendikte dan mengatur si wanita dan Selalu ada catatan. Atau NB. Bahkan ketika tidak ada catatan pun tetap dicantumkan,” tutup Rusdin.

Goenawan Monoharto: Saya Kira Agen

“Sewaktu naskah ini dibawa ke saya. Saya tanya ini buku apa ?. Bahkan awalnya Andi Ruhban ini, saya kira agen, karena naskah suratnya penuh kode-kode,” ucap Goenawan Monoharto mengawali ulasan.

“Menurut saya Ini bukan surat cinta tapi asmara. Tapi saya tidak bisa membacanya karena naskah ini sudah begitu lama, bahkan saya sudah pakai lup, tapi tetap saya tidak bisa membacanya.

BACA JUGA:  Oplas

“Bahkan saya kira agen karena ia memakai kode yang saya tidak tahu,” tandasnya.

Yudhistira Sukatanya: Menyibak Avonturir Cinta Majenun La Ruhe

Pernahkah anda fomo bin kepo dan bertanya-tanya, apa yang membuat kumpulan surat cinta menarik dibaca?

Bukankah itu hanya beberapa tulisan yang mengungkapkan curhat pribadi, bersifat ekslusif dan disimpan dengan rahasia.

br
br