Puisi Rusdin Tompo ia buatkan khusus untuk saya ketika kami sama-sama hadir dalam 1 acara di hotel MYKO Makassar (tahun 2022) pada acara tersebut rangkaian acara berlangsung sesuai rundown yang mungkin sudah dirancang oleh panitia namun, tiba di akhir acara pembaca do’a yang diundang berhalangan hadir tetiba terdengar suara MC melalui MIC yang ada ditangannya memanggil nama saya “tibalah kita di penghujung acara marilah kita berdoa yang akan dibacakan oleh ust Rahman Rumaday” kata MC saat itu.
Saya pun sontak kaget mendengar nama saya disebut oleh si MC kenapa saya? Tanya dalam hati sepertinya ada yang tidak beres ini ada panitia yang sengaja menunjuk saya tanpa memberitahu saya terlebih dahulu. Kata saya menggerutu.
Tidak mungkin mi saya menolak panggilan si MC saya juga tidak ingin acara tersebut terhambat hanya karena tidak ada pembaca do’a dengan berat hati kaki saya melangkah menuju panggung membaca do’a. Membaca do’a yang saya hafal juga saya siasati dengan bahasa Indonesia biar kelihatan panjang do’a saya yang jelas bukan do’a makan hahaha….
Dengan do’a tersebut pertanda acara telah berakhir para tamu dan undangan diarahkan oleh panitia menuju ruang makan untuk makan malam, di ruang makan itulah tercipta sebuah puisi dari Rusdin Tompo untuk saya, puisi tersebut berawal ketika saya dipanggil ustaz saat itu dan saya menolak dengan kalimat “Jangan Panggil Saya Ustaz, Karena saya bukan ustaz.
JANGAN PANGGIL AKU USTAZ
Buat : Rahman Rumaday
Karya Rusdin Tompo
Siapa yang memanggilku ustaz
Aku merasa belum pantas
Laku dan ilmuku baru bertunas
Meski lidahku lincah fasih meronce lafaz
Namun ayat-ayat itu terasa masih kering belum bernas
Baru serupa hapalan kanak-kanak yang rutin mendaras
Belum mewujud kompas Belum menyata sebagai atlas
Meski aku terus belajar ikhlas
Biar kau temukan tawadu dalam paras
Biar ayun langkahku selalu selaras Istiqamah dalam bentang firman tiada bias
Siapa yang memanggilku ustaz
Turunkan nadamu, jangan terlalu keras
Biarkan aku bebas Bergerak dan terus berkemas
Bersama kanak-kanak dan ibu-ibu dalam madrasah komunitas
Agar kita menemukan kilau emas Dalam kalbu, yang juga masih perlu dibilas.
Kopi Break, 17 Maret 2022