Penyair yang kini menetap di Kabupaten Maros mengaku dirinya bukan orangnya yang bisa diminta menulis puisi untuk suatu tema tertentu. Kalaupun kemudian ternyata puisinya ada dalam satu antologi bersama, semua itu hanya serba kebetulan saja.
“Akan halnya dengan antologi puisi ‘Desir Angin Malino’, tadinya saya tidak berpikir akan ikut, lantaran keadaan dan kondisi saya sendiri. Namun mengingat kawan-kawan di Makassar, saya jadi tergugah. Lalu saya mencoba menulis puisi Malino. Menjadi keuntungan bagi saya, karena saya beberapa kali berkunjung di tempat yang sangat indah ini sebelumnya,” papar Nawir.
Penyair lain yang memberikan testimoni yaitu Ishakim, Anil Hukma, dan Bahar Merdhu, sedangkan penyair yang membaca puisi antara lain Andi Marliah, Muliaty Mastura, Efa Patmawati Halik, Andi Ruhban, Andi Rosnawatih, Jesi Heny Taroko, Asnawin Aminuddin, dan Syahrir Rani Patakaki. (Asnawin)