“Rincian peserta itu, dari mahasiswa sebanyak 5 orang di antaranya 1 orang dari Institut Teknologi PLN, 4 orang dari UNM. Sedangkan dari sanggar dan komunitas, yaitu 10 orang dari Sanggar Seni Bija Tau Tidung, 10 orang Komunitas Anak Pelangi (K.apel), 5 orang dari Sinerji Teater. Sedangkan dari masyarakat umum, ada 5 orang dari Antang dan Rappokalling,” ulasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa melalui karya sastra Sanja Mangkasara yang kreatif dan inovatif memiliki empat tujuan, yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan dan minat masyarakat pada karya sastra sajak yang bernuansa budaya lokal
2. Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam membuat karya puisi berbasis budaya lokal.
3. Mendorong inovasi dan kreatifitas penampilan karya sastra sajak/puisi melalui elaborasi sajak teatrikal yang menarik.
4. Menjadikan karya sastra berbasis budaya lokal sebagai tema-tema pembuatan dan penampilan karya sastra.
Sebelum menutup pengantar, Syahril juga mengutip salah satu Sanja’ Mangkasara yang berjudul Pappasang Tau Caraddeka.
Pappasang Tau Caraddeka.
Purna Tena nutunruk-tunruk appilajarak
Nanupatajai kakuttuangnga
Patajai tongi kalennu
Angngemuki paccena kadongokkangnga
Nasehat Orang Pintar
Jika kamu tidak bersungguh-sungguh belajar
Hanya mengikuti kemalasan
Siapkan juga dirimu
Pengecap pedihnya kebodohan
Paccobana tallasaka
Iyamintu salasaya
Tunruk-tunruka
Ankanyame wasseleka
Makna:
Cobaan bagi kehidupan
Adalah kegagalan
Kesungguhan
Akan mengecap keberhasilan
Pannyokrinna tallasaka
Iyamintu paccobaya
Kasabbarangnga
Sakbina antu upaka
Makna:
Ujian bagi kehidupan
Adalah cobaan
Kesabaran
Pertanda kemujuran
Ini aklamung-lamung
Iyaji antu akkatto
Aklamung-lamung
Tallasaka paklamungang
Makna:
Siapa yang menanam
Dia yang akan panen
Menanam
Tanamlah demi kehidupan
Ia berharap agar para peserta Teaterikalisasi Sanja Mangkasara dapat mengambil pelajaran dari acara yang berlangsung dua hari ini.
“Semoga Workshop ini juga ini dapat menjadikan Sanja Mangkasara lebih mudah dipahami dan diapresiasi oleh peserta,” pungkasnya.

Pada acara ini juga digelar penyerahan buku secara simbolis oleh Mahrus Andis dan Syahril Ramli Rani kepada Balai Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX yang diwakili oleh Hj. Raodah.