Dibuka untuk Umum! Teater Kepahlawanan Ayam Jantan dari Timur akan Dipentaskan

Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni 1670. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.

Babak pertama, setelah narasi dinyanyikan, ditampilkan adegan semacam flashback yang menyimbolkan kehidupan Sultan Hasanuddin dan para Karaeng serta pasukannya di masa kecil dan remaja belajar keagamaan di Masjid Bontoala. Setelah itu, ditampilkan adegan latihan ketangkasan seperti pencak silat, sepak raga, latihan tombak dan balira. Lalu dilanjutkan dengan adegan perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Sombaopu/Makassar.
Babak kedua menampilkan adegan Sultan Hasanuddin dan para Karaeng berjuang melawan tipu muslihat VOC yang penuh siasat dan adu domba untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah. Segala keinginan angkara murka VOC ditolaknya.

VOC yang dipimpin Cornelis Speelman memaklumkan perang kepada Gowa. Pasukan Gowa yang disimbolkan dengan pasukan tombak dan pasukan balira terjun ke medan perang.

Pertempuran berlangsung di mana-mana, hingga pada akhirnya Kesultanan Gowa terdesak dan makin lemah sehingga Gowa mengalami kekalahan.

BACA JUGA:  Ram Prapanca akan Bangun "Jembatan" di Tahun 2025

Babak ketiga menampilkan adegan yang dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya.

Sebagian besar panglima kerajaan Gowa secara terang-terangan mengajukan protesnya kepada Sultan Hasanuddin. Mereka merasa belum kalah dan siap untuk perang. Mereka menunggu titah Sultan Hasanuddin.

Pada akhir adegan, secara simbolik ditampilkan adegan Sultan Hasanuddin dikelilingi pasukan gendang yang memainkan gendang pakkanjara (Genderang Perang Mangkassara).

Sultan Hasanuddin hanya diam, tafakkur, berputar pelan, moksa, hening, sebagai jawaban yang paling fasih, lebih keras daripada kata-kata, sebagai sumber kekuatan yang besar, sebagai senajata kekuatan pamungkas.

Menurut sutradara, pertunjukan ini mengandung pesan agar generasi muda dapat menghargai perjuangan kepahlawanan Sultan Hasanuddin sebagai warisan berharga. Karena perjuangannya yang penuh tantangan, ketekunan, keberanian, dan kerja keras dapat menginspirasi untuk dapat mempertahankan identitas, budaya, tradisi dan nilai-nilai sejarah, budaya, dan pendidikan.

Selain itu, agar generasi muda dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan tidak mengulangnya di masa depan.

Dengan demikian, generasi muda dapat memahami nilai-nilai universal seperti keadilan, persamaan, dan martabat manusia.

BACA JUGA:  UANG PALSU

Pertunjukan ini secara gratis. Oleh karena itu, Kementerian Kebudayaan RI, Fasilitasi Bidang Kebudayaan Teater Kepahlawanan 2024, melalui Sanggar Seni Teater Kita Makassar mengundang dengan hormat kepada guru-guru SMP, SMA/SMK se-Kota Makassar, Gowa, Maros, dan daerah-daerah di Sulawesi Selatan untuk dapat mengajak siswanya untuk menyaksikan pertunjukan ini.