Christmas Concert 2024 : Komponis Ananda Sukarlan Perdanakan Karya Frederic Chopin, Musik Klasik Mulai Diminati Generasi Alpha

Christmas Concert
Tampak dalam foto bersama yakni Wirawan Cuanda, Pianis dan Komponis Ananda Sukarlan, Ratnaganadi Paramita, serta Penyair Emi Suy.(Foto : Ist/Kir/Lasman)

Ananda Sukarlan mengatakan bahwa Sutikno W.S. adalah salah satu penyair terbaik Lekra. Banyak karya besar lahir saat para penyair Lekra berada di penjara, namun nama mereka dan karya-karyanya hampir dilupakan.

Ananda menambahkan bahwa pemilihan puisi oleh Wirawan Cuanda menunjukkan pemahamannya yang kritis terhadap karya-karya tersebut.

Dua tembang puitik ini bernuansa gelap, hal ini wajar mengingat bahwa puisinya ditulis di dalam penjara dengan segala penderitaan yang mendera.

Memang sangat disayangkan karya-karya sastrawan seniman Lekra seakan-akan “lenyap tanpa asap”, tidak bisa ditemukan kini, tidak dicetak ulang, juga tidak dibicarakan.

Padahal itu bagian dari sejarah kita yang perlu dikaji, sebab bagaimana pun ada manusia yang diceritakan di sana, ada kesaksian tentang kehidupan, ada “jerit hewan yang terluka” kata Rendra.

Saya sangat apresiasi ketika karya penyair Lekra yang bahkan di dunia sastra sendiri jarang kembali dibaca atau dibacarakan justru turut diangkat dalam konser musik klasik kemarin, itu sungguh suatu upaya yang bagus untuk mengingatkan kita agar tidak lupa pada sejarah.

BACA JUGA:  Ziarah Kubur ke Makam Chairil Anwar akan Diisi dengan Diskusi dan Baca Puisi

Sutikno W.S. yang dipenjara oleh rezim Orde Baru tanpa proses pengadilan sejak 1969 mulai menulis puisi di dalam Penjara Salemba pada 1970, di Penjara Tangerang pada 1972, dan di Pulau Buru sejak 1973, hingga akhirnya dibebaskan pada 1979.

Setelah tahun 1979, ia banyak menulis fiksi bacaan untuk anak-anak.

Para Pianis Muda

Ananda juga memperkenalkan pianis muda; Vivienne Thamrin, yang melengkapi tema Hak Asasi Manusia di konser ini dengan dua karya klasik Eropa, “Sonetto 104 del Petrarca” dari Franz Liszt (Hungaria), dan bagian ketiga dari Sonata in A major dari komponis Austria, Franz Schubert. Karya Franz Liszt itu juga terinspirasi dari mahakarya Francesco Petrarca (1304-1375), sastrawan dari zaman Renaissance yang memiliki julukan “Bapak Humanisme”.

Vivienne Thamrin kelahiran Makassar, ia adalah pemenang Kompetisi Piano Nusantara 2017 (waktu itu belum ditambahkan kata “Plus”, baru sejak tahun 2024 mulai ditambahkan kata “Plus” yang mengindikasi bahwa kompetisi ini adalah untuk semua instrumen dan juga vokal klasik).

BACA JUGA:  Dari Aku yang Hampir Menyerah

Selain itu, Vivienne juga memenangkan Juara ke-2 kategori Junior di kompetisi paling prestisius di tanah air, Ananda Sukarlan Award tahun 2018, sebelum melanjutkan kuliah beberapa tahun setelahnya ke University of British Columbia di Kanada sampai saat ini.

Di Indonesia Vivi, panggilan akrabnya, adalah murid dari pianis Dr. Edith Widayani (pemenang Ananda Sukarlan Award 2010) dan di UBC dosen pianonya adalah pianis asal Australia, David Fung.