Christmas Concert 2024 : Komponis Ananda Sukarlan Perdanakan Karya Frederic Chopin, Musik Klasik Mulai Diminati Generasi Alpha

Christmas Concert
Tampak dalam foto bersama yakni Wirawan Cuanda, Pianis dan Komponis Ananda Sukarlan, Ratnaganadi Paramita, serta Penyair Emi Suy.(Foto : Ist/Kir/Lasman)

Komposisi yang unik ini menguntai melodi baru dari teks puisi Dedy yang indah, dengan latar belakang Nocturne tersebut dimainkan di piano.

Konser dibuka dengan Ananda Sukarlan memainkan karyanya “December, 2016”.

Karya ini ‘merekam’ perasaan saya, dan juga pasti jutaan orang Indonesia pada hari-hari setelah peristiwa 212, yaitu 2 Desember tahun itu. Betapa rindunya kita terhadap toleransi beragama, di mana bunyi azan tetap merdu terdengar menjelang Natal yang damai.

Saling Bersahutan

Melodi lagu Natal “Noel” serta melodi azan saling bersahutan dan membuat harmoni yang indah di karya ini.

Selain karya ini, isu hak asasi manusia juga disampaikan lewat karya Ananda, cuplikan dari opera “I’m Not For Sale” tentang nyanyian korban perdagangan manusia yang secara keseluruhan akan diperdanakan tahun depan.

Di Kompetisi Piano Nusantara Plus, soprano Ratnaganadi Paramita menyanyikan aria ini, dari opera “I’m Not For Sale” dari teks puisi Emi Suy, yang membawanya menjadi Juara Pertama (1).

Sebuah kejuaraan yang lebih dari pantas, karena suara soprano Ratnaganadi sangat dalam dan menyayat hati. Ia pun tampil prima dengan gaun elegan Alleira Batik.

BACA JUGA:  Diagnosa Penyakit Diangkat Menjadi Dua Sajak Terkait

Di konser kemarin, selain aria opera ini, Ratna juga mempersembahkan dua tembang puitik yang berhubungan dengan sosok Ibu, yaitu “Membaca Ibu” dari puisi Heru Mugiarso dan “Perempuan Bersayap Malaikat” dari puisi Muhammad Subhan.

Lewat musiknya, Ananda menggali karakter sosok “Ibu” yang berbeda dari dua penyair yang memang gaya penulisannya juga sangat berbeda.Namun, keduanya sama-sama memiliki kekuatan dan keunikan.

Ratnaganadi dengan bagus sekali mampu menyampaikan dua lagu musik tersebut dengan sangat ekspresif melalui suaranya yang betul-betul merdu.

Kedalaman musikalitas dan pemahaman puitiknya menunjukkan bahwa ia memiliki kematangan teknik vokal soprano.

Ratna yang masih muda juga seorang sarjana neuroscience ini, didukung oleh iringan piano sang komponisnya sendiri telah memukau kami semua yang menonton.

Ratnaganadi belajar vokal di Amerika Serikat kepada Prof. Phillip Larson, Prof. Tiffany Du Mouchelle dan almarhum Maestro Prof. János Négyesy di University of California San Diego.

Perayaan Hari Perempuan juga disampaikan oleh permainan piano solo Ananda Sukarlan lewat “Virtuosic Variations on S.M. Mochtar’s ‘Kasih Ibu'” yang mengeksplorasi motif lagu “Kasih Ibu” melalui tekstur pianistik yang kaya dan penuh warna.

BACA JUGA:  Ananda Sukarlan Award Bukan Hanya Perayaan Musikal, Tetapi Juga Puitik: Sebuah Analisa

Sedangkan bariton Wirawan Cuanda yang menyandang Master of Music dari University of York, Inggris memilih dua tembang puitik berdasarkan puisi penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), Sutikno W.S., berjudul “Apel (Cerita untuk Ibunda)” dan “Dari Jendela Ini” yang dipilih untuk babak final.