Catatan Pengantar Diskusi Novel “Menanti Musim Berganti”: MENYIMAK KISAH BERULANG SABAN MUSIM

Yudhistira Sukatanya
Yudhistira Sukatanya

Kemudian mari bergeser ke snapshot krisis- penggawatan halaman 28:

Gaffar memanfaatkan kesempatan untuk mendekati wanita idamannya.

“Maryam Aku mau bicara sebentar, sebentar saja,” bujuknya.

Maryam yang dari tadi hatinya gerah melihat tingkah Gaffar langsung menjawab dengan ketus, “Mau apa kau Gaffar? Katakan di sini saja. Sekarang. Ada Masalah apa?”

Pemuda yang sudah lama menaruh hati pada Maryam, tiba-tiba dengan nekad berkata, “Ini, soal kelanjutan hubungan kita, Maryam, Kau masih ingat dengan janjiku dulu sewaktu kita masih di SMA dulu, kan? Ya, bahwa aku…aku…” ia kehilangan keberanian meneruskan kalimatnya.

“Mau melamarku, setelah musim panen tahun depan, begitu?” potong Maryam.

Gaffar tertawa senang karena tambatan hatinya itu masih ingat peristiwa dulu.

“Jeli juga ingatanmu, Maryam!” timpalnya malu-malu. “Janji itu, pasti akan kubuktikan, Andi’! Tata’ pasti tidak menolak pinangan keluargaku! Dan kau…kau…”

Menggelikan juga melihat tingkah Gaffar, malu-malu mau seperti itu.

Tapi Maryam yang risih tiba-tiba berkata dengan perasaan dingin, “Jangan dibicarakan hal itu sekarang. Terus terang Gaffar… aku tidak senang dengan sikapmu selama ini yang selalu bawa-bawa laporan pada Tettaku. Kau selalu… mengkambing-hitamkan seseorang… untuk mencapai tujuanmu.”

BACA JUGA:  PUNNA INAKKE WALIKOTA

Terkejut juga Gaffar mendengar kata-kata Maryam yang tiba-tiba tajam dan sangat menyakitkan kedengarannya.

“Kenapa kau tiba-tiba jadi berubah. Aku tahu inilah akibat pergaulanmu dengan orang kota itu! Iya kan? Selama ini aku diamkan saja Karena aku paham akibatnya kalau sampai Tata’ tahu. Tapi kalau dia berani lebih dekat denganmu, dia pasti rasakan akibatnya,” ancam Gaffar.

“Jangan sembarang menuduh begitu, kalau terjadi hal-hal yang mengarah ke tindak kekerasan atas diri kak Malik dan Mahasiswa KKN lainnya, maka tiada lain adalah kau dan sejenismu di kampung ini yang bertanggung jawab! saya akan laporkan pada Polisi!

Selanjutnya kita beranjak snapshot kompilkasi, halaman 42 -43 :

Mengingat-ingat itu, membuat hati Gaffar semakin meradang dengan dendamnya itu. Apapun caranya ia harus menghadang kelanjutan hubungan Maryam dengan Malik. Apa pun bentuk hubungan itu.

Baru saja beberapa langkah Gaffar beranjak ketika tiba-tiba datang I Coa’ dan Nurdin dengan tergopoh-gopoh.

“Celaka, Daeng, celaka! Si Malik dan Maryam terlihat berdua-duaan di bawah pohon rindang dekat sanggar kegiatan remaja,” kata Coa mengadukan kesaksiannya dengan nafas terengah-engah.

BACA JUGA:  BAHASAKU KEMANUSIAAN

“Berani-beraninya dia, kurang ajar,” timpal Gaffar kesal.

“Betul, Daeng. Tingkah mahasiswa itu semakin menjadi-jadi. Dia sudah menghina anak muda di kampung ini, dengan menginjak-injak adat istiadat kita,” sambung Nurdin dengan maksud membakar hati Gaffar.