Catatan Pengantar Diskusi Novel “Menanti Musim Berganti”: MENYIMAK KISAH BERULANG SABAN MUSIM

Yudhistira Sukatanya
Yudhistira Sukatanya

Apa mendiskusikan novel itu penting ?

NusantaraInsight, Makassar — Jika kita sepakati pertanyaan itu penting maka mari kita mendiskusikan novel “Menanti Musim Berganti” ( MMB ), karya Syahriar Tato yang diterbitkan oleh Nala Cipta Litera, Makassar, tahun 2007. Tercatat di Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) dengan nomor ISBN: 978-979-25-9537-6.

Novel MMB adalah fiksi bertema lingkungan dengan genre drama. Ceritanya terbilang ringan berkisah tentang tokoh utamanya Malik-Mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) di perkampungan kumuh desa Rumbia yang berlokasi di pinggiran kota Makassar.

Simak snapshot- salinan sesuai data, eksposisi – pengenalan tokoh, halaman 16 berikut :

“Saudara-saudara ini gambar sederhana tata letak desa kita. Setelah sekian lama saya amati dalam program KKN di sini, maka saya berkesimpulan bahwa, wajar kalau setiap musim hujan, kampung ini dengan mudah terkena banjir,…. terutama di bagian utara. Di sini air sering tersumbat, lalu menggenang, karena tidak adanya saluran air di sekitar ini,” jelasnya sambil menunjuk denah desa.

BACA JUGA:  Silent

Ada tanggapan?”

Seseorang mengacungkan tangan.

“Ya, Rasyid, silahkan.”

Rasyid, pemuda berbakat yang putus sekolah STM karena ketiadaan biaya itu berdiri dan menyampaikan tanggapannya dengan cukup cerdas.

“Kak Malik, selaku mahasiswa Teknik Arsitek, saya pikir sudah tepat merumuskan hasil penelitian itu. Karena banjir warga kampung ini sudah cukup hidup tersiksa. Sampah-sampah bertebaran, kuman-kuman penyakit membawa wabah adalah ancaman, itu kami juga tahu. Sudah banyak jatuh korban, harta dan jiwa, itu juga kita tahu. Nah, Sisa sekarang, bagaimana jalan keluarnya?”

“Ya, betul!” serempak hadirin.

“Cocoki!”

Dalam Riuh rendah warga kampung itu, Maryam, salah seorang remaja penggerak kegiatan remaja putri di kampung itu, menyambut dengan bersemangat.

“Nah, sekarang ini masih musim kemarau, kesempatan untuk memperbaiki tempat-tempat yang dianggap rawan, masih cukup. Jadi kapan kita laksanakan rancangan itu?”

Lanjut pada halaman 25 :

“Ini tidak boleh didiamkan begitu lama, Tata’. Saatnya sekarang kita cegah dan gagalkan rencana Malik dan pengikutnya!” kata Gaffar sambil menyeka seputar bibirnya yang penuh sisa kopi.

BACA JUGA:  AKU KADER BUKAN KADERA

“Maka kaulah Gaffar yang ku tugaskan mengawasi gerak-gerik Si Malik itu bersama anak-anak lainnya! Segala sesuatu yang merugikan kita kau sampaikan kepadaku. Mengerti Kau? perintah Tata’ Gassing.

Dua snapshot ini menjadi bagian Protasis, yaitu permulaan yang menjelaskan peran, motif dalam cerita. ( Konsep Aristoteles,  filsuf Yunani yang menjadi murid dari Plato pada umur 17 tahun selama 20 tahun, ketika berada di Athena.)