Di sisi lain Koordinator Satupena Sulsel Rusdin Tompo, memulai pembahasan dengan kutipan buku The Secret karya Rhonda Byrne yang menyatakan bahwa Kebaikan itu saling memanggil.
“Apalagi saya ini adalah orang visual atau orang yang lebih mudah memahami informasi dengan melihat gambar atau visualisasi. Dari itu, saya melihat landscape perjalanan hidup beliau (Fiam) dari sampul buku yang beliau tulis. Dimana Pohon lontar memiliki makna sebagai simbol kehidupan, kekayaan alam, dan identitas masyarakat di Sulsel. Lontara sebagai lambang kekokohan dan semuanya dapat dimanfaatkan. Pohon Lontara adalah juga adalah pohon pengetahuan bagi masyarakat Sulsel,” ulas Rusdin Tompo.
Rusdin Tompo juga menegaskan bahwa Buku Misteri Jalan Setapak dan Menanjak ini merekam diaspora dan tokoh budaya Sulawesi Selatan. Yang mana pada buku pertama memuat 90 tokoh dan buku kedua ini ada 56 tokoh.
“Jadi ini bukan sekedar bahasa jurnalistik tapi filmis. Apalagi beliau adalah seorang organisatoris, administrator, arsiparis dan juga konseptor,” pungkasnya.
Senada dengan itu, Dahlan Abubakar yang mencoba mereview buku karya Fiam menyampaikan bahwa pada sampul bukunya adalah semiotika tanda.
“Saya terkesima dengan cover bukunya. Manusia Bugis bukan hanya pelaut tapi Manusia Bugis itu manusia pertanian,” sebutnya.
Dahlan Abubakar juga menyampaikan sesuatu yang tak lazim dalam buku karya Fiam Mustamin ini.
“Buku ini tidak lazim, tapi ini jadi menarik. Karena ketika kita mencari daftar isi kita harus membaca bagian depan dulu. Dan saya sangat kagum kepada Bung Fiam karena beliau sangat aktif mendokumentasikan setiap peristiwa dan ini sangat langka,” ucapnya.
“Sebagai penutup, karena ulasan lengkapnya ada pada tulisan saya yang akan saya kirimkan. Bahwa Seorang penulis tidak ada yang pensiun,” pungkas Mantan Pemimpin Redaksi Koran Harian Pedoman Rakyat ini.