Satu per satu para peserta diminta membacakan hasilnya. Perasaan malu dan ragu akan hasil tulisanku diganjar dengan tepuk tangan penyemangat dari seisi kelas. Tentu saja ada koreksi di sana-sini.
Memang seperti itulah hakikat dari mengikuti sebuah kelas, apalagi kali ini termasuk dadakan bagi saya.
“Dulu saya belajar menulis di bawah lampu teplok. Lampu teplok itu sampai sekarang masih menyala di mata saya.” (Joko Pinurbo)
Workshop menulis sore itu yang kini menjadi binar cahaya dari lampu teplok di mataku. (*)