AWALNYA MENGANTAR BINGKAI MALAH BERAKHIR DI KELAS MENULIS

Mengenakan kemeja lengan panjang berwarna navy yang digulung 3/4 , celana jeans dan kupluk putih, style beliau seakan menegaskan bahwa dirinya cukup khatam dalam dunia industri kreatif.

Dalam sesi yang berdurasi 2 jam tersebut, beliau memaparkan secara lugas dan komprehensif tentang teori penulisan kreatif. Bagaimana bahasa sastra bisa digunakan dalam menyajikan hard news dan soft news.

Berdasar pada materi yang telah dipaparkan, kami diberi tugas untuk membuat Lead/teras berita. Di penghujung sesinya, Bang Maysir menambahkan agar dalam membuat tulisan/berita kita harus selalu berpatokan pada kebenaran dan kejujuran. Karena idealisme seorang jurnalis adalah menjadi pembela masyarakat umum.

Begitupula sebaliknya, kita sebagai pembaca, jangan menelan mentah-mentah sebuah berita. Terlebih di era medsos saat ini, di mana hoax bahkan kerap diterima sebagai kebenaran bagi mereka yang malas melakukan crosscheck.

Kelas dilanjutkan kembali setelah jeda shalat Magrib. Pukul 19.00 Wita, tibalah sesi kelas Bang Rusdin Tompo. Beliau adalah seorang penulis dan editor, pembicara isu anak dan penggiat sekolah ramah anak.

BACA JUGA:  Pegiat Literasi Desa Bontonyeleng, Bulukumba, Menjadikan Kebun Sebagai Ruang Alternatif Bersama

Berbalut celana jeans, sepatu sneakers dan kaos oblong bergambar mata pena berukir yang bagian atasnya ditutupi passapu merah (ikat kepala khas Makassar), seolah memberi statement di depan kelas agar kami mengenalnya sebagai koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan.

Dalam sesinya beliau meyakinkan kami bahwa menulis itu sebenarnya mudah. Bahwa selama ini kita terlalu terpaku pada apa yang ingin kita tulis bukan pada apa yang ingin kita sampaikan.

Sehingga tidak jarang berakhir stuck karena terlanjur berpikir bagaimana nanti penilaian orang pada hasil tulisan kita.

Untuk mulai menulis, kita bisa memilih dari topik yang kita akrabi. Bang Rusdin kemudian memperagakannya dengan memperlihatkan sebuah lukisan dekoratif bergaya sketsa hitam-putih karya Prof Aziz Muhammad (Dosen Seni Rupa FSD, UNM).

Di dalamnya terdapat unsur ornamen tradisional Bugis/Makassar, sederet aksara Lontara, gambar hewan dan aksara Latin dengan font original sang pelukis.

Beliau kemudian menanyakan, apa yang paling menarik perhatian kami- yang tentu saja jawabannya beragam.

Praktik pendekatan seperti itu bisa diimplementasikan dalam menulis. Tanpa disadari sumber kreativitas sangatlah dekat dengan diri kita.

BACA JUGA:  LAPAKKSS akan Gulirkan Temu Budaya Akhir Tahun 2024, Tonton Keseruannya!

Bahwa seluruh yang ada pada tubuh kita ini bisa menjadi pintu masuk untuk memulai sebuah tulisan kreatif.

Tiga puluh menit terakhir kami mengerjakan tugas. Menerapkan teori yang barusan dipelajari untuk membuat sebuah tulisan tentang pelaksanaan workshop sepanjang sore hingga malam itu.