Berikut karya lukis Zaeni Mohammad:
01. Anatomy of Descent #1
02. Arsip Biologis
03. Anatomy of Descent #2
04. Beyond of Algorithm
05. Beyond of Algorithm #2
06. Before The Megatrust
07. Menjadi Yang Tak Pernah Selesai
08. Fragmen 2 Musim #1
09. Tanda Langit Yang Patah
10. Fragmen 2 Musim #2
11. Anatomy of Descent #3
12. Anatomy of Descent #4
13. 12 Jejak Luka
14. Belum Tua
15. Before The Form
16. Reboisasi
17. Anatomi Luka Merah
Karya Istalasi:
01. Anatomi Kehilangan
*Reboisasi*
Karya lukis ini mengusik penulis, karena “sempat” menjadi perbincangan serius antara Zaeni dengan Wang.
Zaeni menggambarnya sebagai deforestasi. Lebih kepada peristiwa penggundulan hutan dan kerusakan hutan. Mengapa?
“Dampak negatifnya,” kata Zaeni, seperti perubahan iklim, kehilangan habitat, dan penurunan kualitas air.
Sementara Wang perspektifnya pada reboisasi sebagai “pembalikan” dari peristiwa deforestasi. “Ini menjadi moment yang tepat untuk mengkampanyekan kembali kegiatan reboisasi,” tukas Wang, yang juga sebagai desainer dan art director.
Secara harfiah, “reboisasi” berarti penanaman kembali hutan yang telah rusak. Dalam karya ini, Zaeni tidak menggambarkan proses tanam secara langsung, melainkan perjalanan eksistensial dari kehampaan menuju kehidupan kembali.
Dari sisi warna, lapisan warna putih dan oranye dapat dimaknai sebagai:
•Lahan kosong
•Alam yang terluka, dipangkas dari bentuk aslinya
•Area netral yang menanti intervensi
Anatomi Luka Merah
Dalam karya ini, imajinasi Zaeni tidak menggambarkan keretakan secara eksplisit. Ia justru menyusun arsitektur senyap dan trauma—dalam garis, bidang, dan warna.
Warna merah bukan hanya intens, tapi juga menyimpan lapisan makna: kemarahan, kehilangan, keberanian, dan proses penyembuhan.
*12 Jejak Luka*
Seri ini bisa dibaca sebagai arsip gestur, atau bahkan catatan tubuh yang luka dan melawan. Ada unsur repetisi, tapi juga perubahan subtil di setiap panel—menandakan waktu, proses, dan mungkin trauma.
Dalam konteks pameran Art of Rupture, karya ini seperti:
•Fragmentasi tubuh pasca-patahan
•Jejak emosional dari sesuatu yang telah pecah atau robek
•Usaha untuk merekam keretakan, bukan menyembunyikannya
Secara keseluruhan, seri ini berbicara tentang kerapuhan dan resistensi secara bersamaan. Bahwa bahkan setelah retak, tubuh tetap mencatat, tetap bergerak.
Tanda Langit Yang Patah
“Tanda Langit yang Patah” adalah cara Zaeni dengan puitis untuk mengatakan bahwa dalam masa-masa pecahnya harapan, dunia tetap berbicara—meski dengan bahasa yang asing, gelap, dan perlahan.