“Kadang saya menggambar seperti biasa. Menggambar pemandangan dahulu. Namun, kali ini saya mengksplorasi pemandangan alam pikiran. Dari imajinasi yang saya ciptakan sendiri. Meski terinspirasi dari lokasi-lokasi tertentu, tapi saya berusaha menghindari kesan menggambar realis,” terang Fauzi tentang proses kreatifnya.
Dalam melukis, Fauzi banyak menggunakan warna-warna cerah karena, menurutnya, itu memberi rasa tenang sekaligus menghadirkan semangat. Warna kuning, hijau, dan merah, bisa dilihat dalam banyak lukisannya. Beberapa karyanya itu, masih bisa dikenali objeknya, sepertri burung, rumah adat Tongkonan, yang berada di kawasan benteng Sombaopu. Selain itu, ada pula gambar perempuan yang menari dengan mengenakan baju bodo.
“Kalau yang pakai baju bodo ini istri saya. Kebetulan dia penari. Saya menghadirkan dia dalam lukisan, saat membayangkan dia duduk di tepi sawah, dengan rumah-rumah kecil, dan hamparan luas menjadi latarnya,” kata Fauzi.
Sepajang tahun 2023-2024 ini, Achmad Fauzi paling sedikit sudah mengadakan 4 kali pameran tunggal. Dalam kurun setahun terakhir, selain berpameran di Makassar, karya-karyanya juga dipamerkan di Banyumas dan Manado. Katanya, pamerannya kali ini tentang kita dan kehidupan. Kita dalam pengertian ini, bukan hanya sebatas pada teman-temannya sesama perupa yang tergabung di MAIM, tapi juga bisa terkait dengan keluarga, masyarakat, dan lingkungan. MAIM merupakan singkatan dari Makassar Art Initiative Movement, yakni sebuah gerakan seni rupa yang kental dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, saling dukung antarperupa, untuk terus berinovasi menghasilkan karya-karya terbaru.
Pameran yang mulai dibuka pada Jumat malam ini, tidak melalui suatu prosesi pembukaan, layaknya pembukaan pameran. Namun, terang Fauzi, hanya sekadar kumpul-kumpul beberapa orang teman, dan meminta respons dari mereka. Para sahabat itu, antara lain Syamsuddin Simau, Jenry Pasassan, Ahmad Anzul, Faisal Syarif, dan Haroen P Mas’ud. Menurut perupa yang sudah suka melukis sejak kecil itu, lukisan-lukisan yang dipamerkan dalam MAIMstream 2024: Journey of Mindscape beraliran abstrak-ekspresionis, dengan imajinasi yang digambarkan ulang tapi bukan diduplikasi.
“Ketika teman bertanya, kenapa berubah gaya, saya sendiri tidak merasa berubah. Karena saya terus mengeksplorasi warna dan bentuk, dengan menabrakkan warna-warna di atas kanvas,” pungkas Fauzi yang besar dalam keluarga pendidik itu. (*)