Dia menyimpulkan dalam paparannya, bahasa dan simbol online merupakan bentuk negosiasi identitas yang dinamis. Platform digital berperan memperkuat sekaligus menantang stereotip gender.
“Online shop menjadi arena pemberdayaan dan aktualisasi gender kontemporer,” imbuh Munira.
Dia menyarankan, diperlukan edukasi literasi gender, yakni perlu peningkatan kesadaran tentang perspektif gender di ranah digital Indonesia. Dalam hal perlindungan platform, sebagai ‘marketplase’ online, harus memperkuat perlindungan bagi “seller’ perempuan. Sedangkan terkait aspek refleksi sosial, identitas gender di ‘online shop’ mencerminkan dinamika sosial masyarakat Indonesia kontemporer. (mda).