Muhammad Akbar menyebutkan, kunci untuk menjawab tantangan pengbatan neurologi di masa depan adalah sumber daya, baik sumber daya manusia maupun fasilitas penelitian dan manajemen ‘big data’.
Saat ini sudah dapat dilihat langkah awal untuk implementasi di Indonesia. Misalnya upaya pendirian organisasi seperti Perhimpunan Genetika Manusia Indonesia (PGMI)/ ’Indonesian Society of Human Genetics (INASHG) dan semakin berkembangnya “profiling” etnik untuk mencari genotipe “high risk” terhadap reaksi obat tidak optimal di beberapa institusi riset dan pendidikan tinggi di Indonesia.
“Saat ini, Departemen Neurokogi FK Unhas memiliki peluang menjawab tantangan pengobatan neurologi masa depan dengan potensi berupa pengembangan; ‘Makassar Parkinson’s Registry (MARK-G); pembentukan ‘Thematic Research Gropu Neurogenetic Departemen Neurologi berkolaborasi dengan ‘Brains Research Institute Niigata (BRIN) sebagai upaya ‘genetic profiling’ terhadap pasien-pasien yang menderita neurodegeneratif melalui teknologi ‘Whole Exome’ dan ‘Whole Genome Sequerencing’; dan kerja sama bidang stroke dengan ‘National Cerebro-Vasculer Centre (NCVC) Osaka, Jepang,” kunci Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK Unhas (2002-2006 & 2010-2019) itu mengakhiri orasinya. (MDA).