Pengukuhan Empat Guru Besar UINAM, Mandi Air Mata, Canda, dan Tawa

Thahir Maloko, guru besar dalam Ilmu Hukum Perkawinan Islam, tak sanggup menahan air mata, ketika sampai pada peran orangtua dalam mendidik dan membesarkannya.

Sambil menyeka air mata nya, dia meneguhkan hatinya dan mempersembahkan guru besar yang diraihnya untuk orangtuanya yang telah tiada.

Tampil sebagai orang pertama membacakan pidato, Thahir Maloko memanfaatkan panggung melewati batas waktu. Akhirnya, panitia mengingatkan dengan menyimpan secarik kertas di atas podium tempatnya berdiri.

Prof. Dr. Drs. Muhammad Yahya, M. Ag mendapat kesempatan kedua. Guru besar dalam bidang Ilmu Kritik Sanad Hadis ini, amat terharu dan sesaat tak sanggup melanjutkan pidato nya, ketika mulai menyebut satu persatu orang yang telah berjasa dalam hidupnya, yang berperan dalam proses studi hingga mencapai puncak karier akademik tertinggi.
Kepada orangtua, istri, keluarga, dan kepada rektor UINAM, Prof. Hamdan Juhannis, MA, Ph. D.

Giliran Prof. Munawir Kamaluddin, guru besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Akhlak Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, mengulas tentang Literasi Digital dan Pendidikan Karakter Strategi Inovatif Berbasis ICT Bagi Generasi Milenial.

BACA JUGA:  Mahasiswa Unhas Gencarkan Edukasi Larangan Pernikahan Dini di Desa Bonto Matinggi

Islamic Character Transmission (ITC), sebagai gagasan baru Prof. Kamaluddin. Baginya ICT tidak sekadar Information and Communication Technology tetapi hendaknya menjadi Islamic Character Transmission. Teknologi yang mentransmisikan akhlak islami di ruang digital. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda milenial dan gen-z, tidak hanyut dalam konsumerisme, dehumanization, dan hoaks.

Prof. Kamaluddin memulai dengan membangun kurikulum berbasis etika digital islami dengan menanamkan nilai tabayyun, amanah, iffah, dan rahmah.

Kurikulum ini, kata pria kelahiran Maros 10 Maret 1974, membuat aplikasi game yang menantang generasi muda mengambil keputusan moral. Selanjutnya, kehadiran role model digital yakni ulama, akademisi, dan influencer Muslim yang secara nyata menjadi teladan di platform digital.

Selanjutnya kata Prof. Munawir, memanfaatkan kekuatan AI Islami, mengembangkan algoritma dakwah, pemantau ujaran kebencian dan penyaring konten destruktif.

Akhirnya sampailah pada ucapan terimakasih tak terhingga kepada seluruh yang telah berjasa dalam hidupnya, terkhusus kepada orangtua tercinta.

Dia pun amat terharu dan tak sanggup melanjutkan apa yang akan disampaikan. Dia mengambil lembar demi lembar tisu yang disiapkan panitia di atas podium.

BACA JUGA:  Kegiatan GARDAKU Hadirkan Tim Polres Enrekang

Dia pun mempersembahkan guru besar kepada ayahnya Drs. KH. Kamaluddin Sukku dan kepada ibunya Hj. Andi Aisyah Marzuki Hasan yang telah wafat. Tentu pula kepada istri dan keenam anaknya.

br