NusantaraInsight, Gowa — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) 114 Universitas Hasanuddin di Kelurahan Bontoparang Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa telah melaksanakan program edukatif bertajuk “MOLiday: MOL dari Rumah, Bertani Lebih Ramah.”
Kegiatan ini dipandu oleh Bella Alfiyyah, mahasiswi dari Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin pada Selasa, 29 Juli 2025
Program ini berfokus pada pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal) dari bahan limbah rumah tangga, yaitu nasi basi, yang sering ditemukan di sekitar kawasan Wisata Kuliner Lesehan, Gowa. Tempat tersebut sekaligus menjadi lokasi pelatihan bagi warga dalam mengolah limbah menjadi pupuk hayati ramah lingkungan.
Pelatihan ini melibatkan masyarakat sekitar, khususnya para pelaku usaha kuliner dan warga yang berdomisili di sekitar lokasi wisata.
Kegiatan dimulai dengan sosialisasi mengenai manfaat MOL dalam pertanian organik, seperti meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat dekomposisi bahan organik, serta mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
Nasi basi dipilih sebagai bahan utama pembuatan MOL karena mudah ditemukan dan seringkali menjadi limbah rumah tangga yang terbuang percuma, terutama di area yang memiliki aktivitas kuliner tinggi seperti Wisata Kuliner Lesehan.
Kegiatan berlangsung dengan antusiasme tinggi. Peserta tidak hanya mengikuti teori tetapi juga langsung mempraktikkan proses pembuatan MOL, mulai dari persiapan bahan, fermentasi, hingga cara penggunaannya pada lahan pertanian atau tanaman pekarangan.
“Salah satu momen menarik dalam kegiatan ini adalah ketika warga sangat aktif saat sesi tanya jawab berlangsung,” ujar Bella Alfiyyah, pemateri kegiatan sekaligus mahasiswi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui rilis persnya, Kamis (31/7/2025).
“Beberapa pertanyaan yang muncul berkaitan dengan takaran penggunaan MOL yang sudah jadi, cara penyimpanannya, serta berapa lama MOL tersebut bisa digunakan secara efektif,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa dosis umum untuk penggunaan MOL adalah perbandingan 1:10, yaitu 1 bagian MOL dicampur dengan 10 bagian air sebelum diaplikasikan ke tanah atau tanaman. Kemudian 1:15 untuk pengaplikasian untuk penyemprotan.
“Kami juga menjelaskan bahwa MOL bisa bertahan hingga 2 sampai 3 bulan, asalkan disimpan dalam wadah tertutup rapat dan diletakkan di tempat yang teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung. Selain menyuburkan tanah, MOL juga membantu mempercepat proses pengomposan dan menekan perkembangan hama secara alami,” tambah Bella.
Program MOLiday ini merupakan bagian dari kontribusi nyata mahasiswa KKNT 114 Unhas dalam mendukung prinsip ekologi berkelanjutan, serta sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui pendekatan teknologi tepat guna yang mudah diterapkan oleh siapa saja.