Mengulik Buku Meretas Jalan Menuju Guru Inspiratif Karya Dr Basri di Hardiknas 2024

Hardiknas
Dr Basri ketiga dari kanan saat bedah buku Meretas Jalan Menuju Guru Inspiratif

Guru inspiratif biasanya mencintai profesi dan tugasnya sebagai pendidik. Cinta terhadap ilmu yang diajarkan dan kasih sayang terhadap siswa akan terpancar dalam setiap tindakan dan kata-kata yang diucapkan. Saat siswa melihat keikhlasan dan dedikasi Anda sebagai guru, mereka juga akan lebih termotivasi untuk belajar dan berprestasi.

Guru inspiratif tidak hanya terpaku pada kurikulum, tetapi juga memiliki orientasi yang lebih luas dalam mengembangkan potensi dan kemampuan para siswanya.

Guru inspiratif bukan guru yang hanya mengejar kurikulum, tetapi lebih dari itu, mengajak siswa-siswanya berpikir kreatif

Apalagi, kata Dr Basri, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2024, Kemendikbudristek juga mencanangkan bulan Mei tahun 2024 sebagai Bulan Merdeka Belajar.

Di mana bulan Merdeka Belajar merupakan rangkaian dari peringatan Hari Pendidikan Nasional. Sepanjang bulan Mei ini Kemendikbudristek kerap menggelar kegiatan yang melibatkan para pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk merayakan transformasi dalam bidang pendidikan

Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Hari Pendidikan Nasional tak lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara. Ia merupakan tokoh pejuang pendidikan sekaligus Bapak Pendidikan Nasional.

BACA JUGA:  PR Sang Profesor

Adapun tanggal 2 Mei sebagai Hardiknas merupakan tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 tahun 1959.

Ki Hadjar sendiri lahir di Pura Paku Alam, Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.

Sepanjang hidupnya Ia dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda, khususnya di bidang pendidikan. Ki Hadjar Dewantara menentang kebijakan pemerintah Belanda yang kala itu hanya membolehkan anak-anak keturunan Belanda dan kaum priyayi untuk mengenyam pendidikan sekolah.

Anak-anak pribumi saat itu tidak mendapatkan akses kepada pendidikan sekolah. Hal inilah yang membuat Ki Hadjar menentang pemerintah Hindia Belanda.

Karena sikap kritisnya, Ia bersama dengan 2 rekannya yakni Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo diasingkan ke Belanda. Ketiga tokoh inilah yang dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.

Sepulang dari Belanda, Ki Hadjar Dewantara pun mendidikan lembaga pendidikan bernama Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Mengutip buku Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya oleh Museum Kebangkitan Nasional Kemdikbud, sejak saat itu pula lahirlah gagasan yang sangat terkenal yakni,

Ing ngarsa sung tulada: di muka memberi contoh