Membangun Semangat Literasi Melalui Karya Buku di SDN 89 Pakabba Takalar

NusantaraInsight, Takalar — Membaca bukan hanya membuka jendela ilmu, tetapi juga dapat menjadi inspirasi dalam menghasilkan sebuah karya seni yang bermakna.

Salah satu wujud konkret dari proses kreatif yang berawal dari bacaan adalah menciptakan karya seni berbasis literasi.

Dalam hal ini, buku bacaan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi sumber ide untuk menciptakan bentuk seni visual.

Salah satu contoh nyata adalah membuat kupu-kupu dari kertas origami berdasarkan inspirasi cerita atau tema dari buku yang dibaca

Karya ini diakomodir oleh mahasiswa KKN-T Literasi Gelombang 114 Universitas Hasanuddin, Muhammad Fadli, di SD Negeri No 89 Pakkabba, pada Kamis, 24 Juli 2025.

Inspirasi itu berangkat dari proses membaca buku bertema alam dan perubahan.

Biasanya, dalam buku, kupu-kupu digambarkan sebagai simbol transformasi, keindahan, dan kebebasan.

Simbol ini kemudian dituangkan ke dalam bentuk nyata melalui teknik origami, yaitu seni melipat kertas yang berasal dari Jepang.

Kupu-kupu yang diciptakan dari kertas origami bukan hanya menjadi hiasan, tetapi juga menyampaikan pesan dari bacaan yang melandasinya, seperti perubahan diri, harapan baru, atau kebebasan berpikir.

BACA JUGA:  Yayasan Tamalatea Makassar Sediakan Lapangan Untuk Shalat Idulfitri

Proses penciptaan dimulai dengan membaca dan memahami isi buku secara mendalam. Dari situ, dipilih bagian yang paling kuat memberikan kesan, lalu dikembangkan menjadi ide visual.

Teknik melipat kertas origami dipelajari dan digunakan untuk menerjemahkan ide tersebut ke dalam bentuk nyata. Warna, ukuran, dan jenis kertas disesuaikan dengan suasana dan pesan dari bacaan.

Misalnya, warna cerah melambangkan harapan dan semangat, sementara warna lembut memberi kesan damai dan tenang.

Kupu-kupu dari kertas origami ini dapat disusun dalam berbagai bentuk karya — seperti kolase dinding, instalasi 3D, atau kartu ucapan dengan kutipan dari buku.

Dengan demikian, karya ini tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga mengandung nilai literasi dan refleksi dari bacaan.

Selain memperkuat keterampilan tangan dan kreativitas, proyek ini juga menumbuhkan kecintaan terhadap membaca dan menyampaikan kembali isi buku dalam bentuk baru yang lebih imajinatif.

Melalui kegiatan ini, terbukti bahwa membaca dan berkarya bisa saling menguatkan.

Membaca menjadi lebih bermakna karena ditindaklanjuti dengan proses penciptaan, dan karya seni menjadi lebih bernilai karena lahir dari kedalaman isi buku.

BACA JUGA:  Inovasi PELURU SD Negeri Parinring Makassar Ikut IGA 2025

Inilah bukti bahwa literasi dan seni dapat berpadu untuk menghasilkan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga menginspirasi. (*)