MEDIA SOSIAL X OBJEK PENELITIAN

Penggunaan kata dengan prefiks seperti ini dalam bahasa Indonesia tidak berterima. Yang ada justru /bersedih/. Namun persepsi pengguna media sosial akan merujuk kepada seseorang yang sedang mengalami kesedihan yang dalam ragam kata baku /bersedih/. Dan, itu umum ‘berlaku’ di komunitas sosial tersebut.
Pada unsur sufiks (akhiran) Cilla memberi contoh, kata /hausan/ yang dapat disejajarkan dengan /kehausan/. Padahal, jika merujuk pada proses pembentukan kata ketika suatu kata dasar (haus) yang merupakan kata kerja (verb) ditambah akhirn /-an/, maka kata tersebut berubah menjadi kata benda (nomina).

Untuk unsur konfiks, yakni afiks yang terdiri atas dua unsur, yakni satu di depan bentuk dasar dan satu lainnya di belakang bentuk dasar. Cilla mengamcil contoh penggunaan konfks /nge-in/ dari komentar di media sosial X. Misalnya kata /ngalaihin/ yang dapat disejajarkan dengan bentuk baku /mengalahkan/, Konfiksasi /nge-in/ ini bisa disubstitusi dengan konfiks baku /me-kan/. Sehingga /ngalaihin/ bermakna membuat orang lain kalah.

Begitulah ragam bahasa sosiolek kini menjadi objek penelitian para mahasiswa untuk ‘membongkar’ penyimpangan penggunaan bahasa (Indonesia) dalam komunikasi di media sosial.

BACA JUGA:  Siswa SMAN 5 Makassar Harumkan Nama Sekolah di Tingkat Nasional, Raih Juara Harapan 2 FLS2N

Andi Silvi Puspita yang menjalani ujian seminar hasil Rabu (28/5/2025) dibimbing oleh Prof.Dr. Asriani Abbas, M.Hum dengan penguji I dan II Prof.Dr. Muhammad Darwis, M.S. dan Dr.Drs. M.Dahlan Abubakar, M.Hum. (*).