NusantaraInsight, Lutim — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Gelombang 114 Universitas Hasanuddin (Unhas) telah melaksanakan program kerja bertema “Tanah Subur, Gizi Terjaga: Penerapan Lubang Resapan Biopori dengan Botol Plastik Bekas di Pekarangan Rumah sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan dan Ketahanan Pangan dalam Pencegahan Stunting”di Desa Mahalona, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur (Lutim), 23 Juli 2025 lalu.
Hal ini disampaikan Putri Sakinah Resman, mahasiswa KKN dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas melalui keterangan persnya, Kamis (32/7/2025).
Menurutnya, program ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengelolaan sampah organik rumah tangga, khususnya yang berasal dari sisa tumbuhan, serta potensi pemanfaatan pekarangan rumah untuk menciptakan lahan produktif yang ramah lingkungan.
Lubang resapan biopori tidak hanya membantu meningkatkan daya resap air dan kesuburan tanah, tetapi juga menjadi inovasi sederhana yang mendukung ketahanan pangan serta mencegah risiko stunting melalui hasil kebun yang bergizi.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kegiatan ini mencakup sosialisasi manfaat biopori, edukasi cara kerja lubang resapan, praktik langsung pembuatan biopori menggunakan botol plastik bekas air mineral, serta diskusi bersama warga mengenai pemanfaatan sampah organik nabati seperti daun, sisa sayuran, dan kulit buah sebagai bahan kompos alami.
Botol plastik dipilih karena mudah ditemukan, tahan lama, dan cocok digunakan di lingkup pekarangan sekitar rumah.
Putri demikian akrabnya disapa lebih detail menyampaikan bahwa program ini bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan secara mandiri dan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan sehat.
“Lewat biopori, kita tidak hanya menjaga tanah tetap subur, tapi juga menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan pentingnya ketersediaan pangan bergizi dari lingkungan sekitar,” ujarnya.
Kegiatan ini disambut antusias oleh warga, yang tertarik menerapkan metode biopori di kebun mereka.
Partisipasi aktif selama praktik dan diskusi menunjukkan respons positif. Diharapkan, program ini menjadi langkah awal pengurangan limbah organik dan penguatan pangan lokal melalui pemanfaatan pekarangan.
Masyarakat pun dapat membuat kompos sendiri untuk menjaga kesuburan tanah dan menghasilkan pangan bergizi dari rumah.