NusantaraInsight, Jeneponto — Salah satu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Hasanuddin (Unhas), Nayla Rizky Adistria, melaksanakan program kerja individu bertajuk Inovasi Sambal Terasi Bubuk (STB) sebagai Produk Unggulan UMKM Lokal.
Program ini dilaksanakan di Desa Bontomanai, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, sebagai upaya mendukung pengembangan potensi ekonomi kreatif. Melalui inovasi ini, Nayla berfokus pada pengolahan sambal terasi dalam bentuk bubuk yang lebih praktis dan tahan lama, serta dapat dijadikan sebagai produk khas desa yang bernilai jual tinggi.
Program ini berasal dari hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat setempat yang menunjukkan tingginya minat terhadap sambal sebagai pelengkap makanan, namun masih terbatas pada bentuk sambal segar yang tidak tahan lama.
Berdasarkan kondisi tersebut, mahasiswa KKN memperkenalkan olahan sambal terasi dalam bentuk bubuk yang lebih praktis, higienis, dan memiliki masa simpan lebih panjang.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan sambal terasi bubuk dilaksanakan bersama ibu-ibu rumah tangga dan pelaku UMKM lokal. Peserta diajarkan proses pengolahan sambal mulai dari pemilihan bahan, penggorengan, penumbukan, hingga pengemasan yang menarik dan siap dipasarkan. Sambal terasi bubuk ini menggunakan bahan-bahan lokal seperti cabai, bawang, dan terasi khas Jeneponto yang memberikan cita rasa otentik.
Menurut Nayla, salah satu mahasiswa pelaksana program, kepada media ini, Selasa (5/8/2025) bahwa inovasi ini diharapkan mampu membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.
“Sambal terasi bubuk ini bukan hanya solusi praktis untuk kebutuhan dapur, tapi juga bisa menjadi produk ekonomi yang menjanjikan jika dikelola dengan baik.” ungkapnya.
Produk ini telah diuji coba dan mendapat respons positif dari warga. Rasanya yang gurih dan pedas, serta kemasannya yang simpel namun menarik, membuat sambal terasi bubuk ini berpotensi bersaing di pasar produk makanan olahan.
Kepala Dusun Bontomanai turut mengapresiasi program ini dan berharap masyarakat dapat melanjutkan produksi sambal terasi bubuk secara mandiri setelah masa KKN berakhir.
“Inovasi seperti ini sangat membantu UMKM di desa kami. Semoga bisa terus dikembangkan menjadi produk khas Desa Bontomanai,” ujarnya.
Melalui inovasi sambal terasi bubuk, program ini membuktikan bahwa pengolahan sederhana berbasis kearifan lokal dapat menjadi solusi nyata untuk meningkatkan perekonomian desa secara berkelanjutan.