NusantaraInsight, Jeneponto — Mahasiswa Institut Turatea Indonesia (INTI) Jeneponto kembali melakukan kegiatan “Bimbingan Konseling”. Kali ini digelar oleh Himpunan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada 10 Desember 2024 bertempat di Aula Rivai Pakihi Kampus INTI Jeneponto.
Mengambil tema “Peran Guru dalam Menangani Kekerasan Seksual pada Anak” kegiatan ini dihadiri rektor dan unsur pimpinan kampus INTI, Kepala Dinas PPPA, Direktur Pimpinan SIHHAH CARE INDONESIA (SCI), dan Preswi PPM Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Sulawesi Selatan.
Dalam sambutannya Rektor INTI Prof. Dr. H. Maksud Hakim menyampaikan apresiasi atas inisiatif yang dilakukan. Beliau menekankan pentingnya seluruh elemen, baik internal maupun eksternal kampus, untuk secara aktif terlibat dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai pencegahan kekerasan seksual.
“Kekerasan seksual adalah masalah serius yang tidak hanya terjadi di lingkungan keluarga atau lingkungan umum, tapi juga dapat terjadi di perguruan tinggi,” ungkap Prof Maksud Hakim. Beliau mendorong seluruh sivitas akademika kampus INTI untuk meningkatkan pengawasan dan mengambil langkah-langkah konkret dalam menangani kasus kekerasan seksual.
Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam upaya mengatasi permasalahan ini. Beliau berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi momentum bagi kampus INTI untuk terus berbenah dan meningkatkan kualitasnya sehingga mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya.
Presiden Mahasiswa Institut Turatea Indonesia (INTI) Mardianto Salam, menyampaikan terima kasih kepada pimpinan kampus yang selalu mendukung dan memberikan arahan. Ia juga mengapresiasi kerja keras Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Himaprodi PGSD) INTI, khususnya panitia pelaksana.
Mardianto Salam menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremonial belaka. Ia mengajak seluruh peserta untuk menjadikan kegiatan ini sebagai titik awal dalam upaya yang lebih serius dalam mencegah dan menangani kekerasan seksual terhadap anak-anak dan remaja.
“Dampak kekerasan seksual sangat besar. Korban sering mengalami trauma mendalam yang mengganggu aktivitas mereka, baik dalam keluarga, maupun aktivitas studi mereka. Oleh karena itu, kita harus terus berupaya menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak dan remaja kita,” tegas Mardianto Salam.
Arini Aprilia, selaku Ketua Himpunan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dalam sambutannya berharap melalui kegiatan ini kita semua dapat semakin peduli dan peka terhadap masalah pelecehan seksual pada anak usia dini. Kasus ini bukan hanya menjadi masalah keluarga, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat.