“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” ~ An-Nahl : 78.
NusantaraInsight, Makassar — Kampus Lorong K-Apel merupakan sebuah inisiasi gerakan belajar berbasis lorong yang mewadahi berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, remaja, hingga ibu-ibu. Kolaborasi Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) dengan ARUNA IKATUO INDONESIA dan partner media : NusantaraInsight.com, BugisPos.com, MakassarChannel.com, MajalahMitos.com, TU7ua.com. Literasionline.com.
Kampus Lorong dengan Motto :“Bertindak Lokal, Berpikir Global” menuju Masyarakat “Cerdas, Kreatif, Mandiri” Gerakan ini berkomitmen mengembangkan potensi lokal melalui pendidikan dan pemberdayaan berbasis komunitas.
Kampus Lorong K-Apel hadir untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan berbasis komunitas, sehingga semua lapisan masyarakat dapat mengakses pendidikan berkualitas di lorong-lorong atau gang-gang kota,”
Gerakan ini dilakukan sembari membuka wawasan global dengan pendekatan mengintegrasikan kearifan lokal dan inovasi global.
Mentradisionalkan modernisasi Kampus Lorong K-Apel bertujuan menciptakan individu yang cerdas dalam berpikir, kreatif dalam bertindak, dan mandiri dalam menjalani kehidupan.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa “ilmu dapat menerangi jalan hidup seseorang dan membantunya mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.”
Dengan konsep gerakan belajar bahwa pendidikan bukan hanya soal akumulasi pengetahuan teoretis, melainkan soal transfer keterampilan yang dapat diterapkan. Kita membutuhkan cara belajar yang mampu menjembatani jurang antara dunia akademik dan kebutuhan dunia kerja. Inovasi dalam sistem belajar di Kampus Lorong K-Apel kerja sama ARUNA IKATUO INDONESIA menjadi sangat penting, sebagaimana inspirasi dari konsep Experiential Learning oleh David Kolb,
David Kolb dalam pandangannya itu mengatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan mesti berfokus pada pengalaman langsung dan menekankan pentingnya pengalaman dalam proses belajar. pandangan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
– Pengalaman konkret
– Observasi reflektif
– Konseptualisasi abstrak
– Eksperimen aktif
Pandangan ini menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman nyata agar kita dapat lebih siap menghadapi realitas kehidupan setelah belajar. Hanya dengan begitu, Gerakan belajar yang digalakkan dapat kembali pada hakikatnya sebagai jalan untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan berdaya.