NusantaraInsight, Makassar — Sebuah inisiatif luar biasa kembali lahir dari Kampus Lorong Dg. Jakking melalui kerja sama dengan Aruna Ikatuo Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (PBSD) dari Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar (UNM) dalam upaya memperkuat pelestarian bahasa daerah.
Kegiatan ini melibatkan praktisi dalam pengajaran bahasa daerah kepada berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, hingga lansia, yang berlangsung dalam enam kali pertemuan.

Rektor Kampus Lorong, Dr. Dirk Sandarupa, M.Hum., MCE, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam menghidupkan kembali bahasa daerah yang semakin tergerus zaman.
“Bahasa adalah jati diri dan cerminan budaya kita. Dengan mengajarkannya kepada berbagai kelompok usia, kita memastikan bahwa nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga dan diwariskan ke generasi mendatang,” ujarnya.
Sementara itu, Rahman Rumaday, selaku founder Kampus Lorong, menekankan bahwa program ini bukan sekadar pembelajaran bahasa, tetapi juga membentuk kesadaran kolektif terhadap pentingnya identitas budaya.
“Kampus Lorong hadir untuk semua lapisan masyarakat. Dengan pendekatan berbasis komunitas, kami berharap para peserta tidak hanya mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah tetapi juga memiliki keterampilan inovatif yang dapat diterapkan di berbagai bidang, baik dalam pendidikan, agama, maupun ekonomi berbasis muatan lokal,” jelasnya.
Di sisi lain, Dr. Sumarlin Rengko, HR., M.Hum., menyoroti bagaimana inisiatif ini dapat memberikan dampak luas bagi masyarakat.
“Bahasa daerah adalah bagian dari ekosistem budaya yang harus terus dirawat. Dengan menghadirkan pengajaran langsung dari praktisi, kita tidak hanya menjaga eksistensi bahasa, tetapi juga menguatkan kebanggaan masyarakat terhadap warisan leluhur,” ungkapnya.
Sebagai inisiator sekaligus penghubung kerja sama antara Aruna Ikatuo Indonesia, Kampus Lorong, dan Jurusan PBSD Universitas Negeri Makassar, Ilma Rahim, S.Pd., M.Pd., menyatakan bahwa program ini merupakan contoh nyata dari kolaborasi yang berdampak positif.
“Kami ingin menciptakan ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan. Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat tidak hanya belajar bahasa daerah, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman,” katanya.
Kegiatan ini diharapkan menghasilkan peserta didik yang tidak hanya cakap dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, tetapi juga memiliki keterampilan kreatif dan inovatif dalam berbagai sektor.