Dosen FIB Unhas Ajak Mahasiswa Menulis Karya Sastra Berbahasa Daerah Sambil Berwisata

Dengan segala keterbatasannya, lanjut Rusdin, dia sering diminta membuat puisi untuk anak-anak. Pada puisi-puisinya itu, dia menyelipkan nilai-nilai budaya Sulawesi Selatan, biar sejak dini anak-anak diakrabkan dengan kebudayaan daerahnya.

“Tidak usah takut salah saat menulis, sebab ada proses koreksi dan revisi. Juga jangan dibuang kalau tulisan kita belum jadi atau hanya setengah jadi. Itu semua aset dan bank data bagi kita,” pesan penulis yang namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” itu.

Setelah bersantap malam, Sumarlin Rengko memberikan tugas menulis kepada peserta. Mereka bebas memilih tempat nyaman dan asyik untuk menulis. Ada yang memilih tempat di dekat kolam renang, sambil kakinya dibiarkan terendam dalam kolam. Ada yang memilih duduk di bangku-bangku taman yang bermandi cahaya.

Setelah itu, peserta membacakan puisinya lalu ditanggapi oleh Sumarlin Rengko sebagai dosen pengampu dan Rusdin Tompo sebagai praktisi. Peserta juga memberikan apresiasi pada karya-karya temannya.

Puisi yang dibuat ada yang dalam bahasa Makassar, bahasa Bugis, dan bahasa Indonesia. Aisyah, misalnya, menulis puisi bahasa Bugis, Salmawati Mansyur, menulis dalam bahasa Makassar, dan Ilham Nauri, dalam bahasa Indonesia. Rencananya, semua karya peserta akan dibukukan, tentu setelah melalui proses editing.

BACA JUGA:  Gandeng Wartawan Olahraga, Dosen FIK UNM Gelar PKM