Catatan Kecil Alumni Unhas Kantin di Unhas: Bamboo House, Puccank dan “Kopasus”

Alumni Unhas

Sambil menunggu pesanan kopi tiba, saya kemudian bercerita. Dahulu, ada satu kantin yang populer, namanya Bamboo House. Letaknya di depan antara Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi. Nama Bamboo House ini karena bangunan kantin yang sederhana itu seperti bersandar pada rumpun bambu yang tumbuh di situ.

Saya suka membaca daftar menu yang dibuat secara kreatif. Kayaknya, yang membuatnya anak-anak mahasiswa karena gayanya mirip pamflet yang biasa di pasang mahasiswa. Daftar menunya unik. Ada Puccank (putu cangkir), Kopasus (kopi dan susu/kopi susu), kopi onk (kopi hitam), dan teh onk (teh manis). Menu lainnya, songkolo, telur rebus, mie kuah, serta pisgor (pisang goreng) dan ubi goreng yang dimakan dengan sambal dan kecap.

Harga-harga menu di sini sangat terjangkau. Beberaoa menunya bahkan sudah tersedia di depan kita, tinggal makan. Ada juga yang mesti dipesan, seperti ‘Kopasus’ dan mie. Selesai itu, datang membayar, tanpa pernah dicek berapa dan apa yang dimakan. Dibayar, sesuai pengakuan konsumen.

BACA JUGA:  Ketua Muhammad Arifai, S.Pd: PGRI Cabang Lalabata Soppeng Aktif Realisasi Program Kerja

Pengunjung Bamboo House tak hanya mahasiswa dari FIS (Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial), juga dari fakultas-fakultas lain di Unhas. Boleh dikata, ini tempat nongkrong paling hits di masanya.

Pemilik Bamboo House ini Daeng Du’ding, yang oleh teman kami, Musran, dipanggil Kak Dedy. Kedekatan dengan Daeng Du’ding terjalin, saat beliau ikut main domino di belakang ruang H-33. Beberapa teman biasa mengisi waktu luang bermain gaple, bila tak ada perkuliahan, atau saat menunggu kuliah berikutnya.

Ada pintu belakang H-33 dekat tangga, yang memungkinkan teman-teman bisa segera masuk kelas, bila sudah ada dosennya. Karena teman-teman bermain dominonya di situ, Musran menamai mereka Abang alias anak bawah tangga hehehe.

Di masa itu, Bamboo House berdiri sendiri, dengan hamparan luas rumput yang membentang sejauh mata memandang di belakangnya. Rumput itu kering saat musim kemarau yang membuatnya mudah terbakar. Kerap kali percikan api terlihat dari jauh, dan asap mengepul saat padang rumput di depan H-33 atau di belakang Bamboo House, terbakar. Kebakaran rumput itu akan padam sendiri, begitu mencapai area tanah kosong, sebelum parkiran.

BACA JUGA:  Ini Dia Penerima Penghargaan Guru dan Siswa SLB Sulsel Berprestasi, Sekdis : Guru Harus Memiliki ATM

Tempat makan lain, bisa ditemui tak jauh dari danau Unhas, atau tepatnya di dekat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM). Di sini, ada penjual coto Makassar, yang hanya buka mulai pagi sampai siang. Rasa cotonya bisa diandalkan, makanya meski harus berjalan kaki dari Fakultas Hukum, saya kadang ke sana, setelah itu rehat di baruga kecil yang berada dekat danau.