Buku Tak Punya Kaki Sendiri Menemui Kandidat Wali Kota Makassar 2024

Ada yang ingin menjadikan Makassar Kota Berkesetaraan, Kota Gizi, Kota Rahmatan Lil Alamin, Kota Buku, Kota Budaya, Kota Sastra, Kota Sehat, Kota Ramah Anak, Kota Beradab dan Berakal, dll. Latar belakang penulis ikut mempengaruhi imajinasi, aspirasi, dan argumentasi mereka dalam menuangkan gagasannya demi kemajuan pembangunan kota ini. Jurnalis, akademisi, guru, aktivis, pegiat literasi adalah beberapa di antaranya.

Nama-nama penulis pun bukan kaleng-kaleng. Ada M Dahlan Abubakar, Andi Wanua Tangke, Dian Ekawati Mansyur, Rahman Rumaday, Zulkarnain Hamson, Mahrus Andis, Badaruddin Amir, Muliaty Mastura Yusuf, dan Dr Dirk Rukka Sandarupa. Di deretan nama-nama itu terdapat pula Arwan Daeng Awing, Muhammad Arafah, Suradi Yasil, Efa Patmawati Halik, Asnawin Aminuddin, IR Makkatutu, M Amir Jaya, Muh Rusdy Embas, Syahril Rani Patakaki, dan Zahir Juana Ridwan.

Sederet nama-nama itu, ditambah lembaga-lembaga yang menyertai mereka plus kolaborasi dengan media massa, saya optimis mampu menjadi pressure group untuk menghadirkan para kandidit dalam forum diskusi publik. Forum untuk mendengar suara-suara kritis yang nanti bisa dielaborasi ke dalam visi-misi, dan program.

BACA JUGA:  MTs Ulil Albab Bawakaraeng Gelar Festival Ramadan

Pasangan Amri-Rahman, Appi-Aliyah, Indira-Ilham, dan Seto-Rezky perlu menangkap apa yang jadi aspirasi warga. Jauh lebih baik, jika dalam forum diskusi publik itu dikunci rekomendasi yang jadi kontrak politik dengan masing-masing pasangan kandidat Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar.

Para penulis dalam buku “Jika Saya Menjadi Wali Kota Makassar” ini, harus diakui, telah mampu menangkap lanskap persoalan kota, termasuk persoalan kepemimpinan dan tata kelola pemerintahannya. Problem kita memang bukan cuma soal kebijakan dan program, tapi juga menyangkut karakter kepemimpinan.

Buku ini bukanlah mantra dalam menata dan memajukan kota –sebagaimana disampaikan Rahman Rumaday, dalam Kata Pengantarnya. Sebab, meminjam istilah M Dahlan Abubakar –ketika mewawancarai seorang wali kota terpilih– bahwa visi-misi itu bukan barang jadi yang siap disantap. Dengan begitu, masih butuh strategi lobi dan advokasi agar gagasan-gagasan dalam buku ini bisa mewujud nyata. ***