Selama ini, kata Direktur Utama Klinik Inggit Dahlia Dr.H.Tammasse Balla, M.Hum, hanya mobil mewah jenis Fortuner saja yang bisa tembus ke klinik tersebut, karena sempitnya dan tajamnya tikungan lorong yang harus dilewati. Daeng Nai, penjaga klinik, terpaksa harus memandu rombongan Tanri Abeng yang didampingi sejumlah staf Pertamina Unit Pemasaran IV Makassar tersebut. Pasalnya, mobil jenis Alphard memiliki body yang sedikit lebih panjang dibandingkan Fortune. Lagi pula di lorong yang harus dilalui banyak sepeda motor yang parkir di kiri kanan jalan.
Tanri Abeng yang didampingi putranya Emil Abeng, selama sekitar 1 jam melihat klinik yang dibuka pertama kali tahun 2014 tersebut. Setelah lima bulan berhenti operasi, Tanri Abeng memercayakan kepada pasangan Dr.H.Tammasse, M.Hum-Dr.dr.Jumraini, S.Ked, Sp.N.Subsp,N.R.E. (K) mengelola klinik tersebut dan memberinya nama Klinik Inggit Dahlia (Indah) Makassar.
Bidan Rini selaku tenaga kontrak yang bertugas di klinik bersama Mulidawati menjelaskan, klinik ini pertama kali beroperasi 16 Maret 2015 hingga 30 September 2018.
“Setelah itu, selama lima bulan klinik berhenti beroperasi,” ujar ibu tiga anak lepasan D-3 Sekolah Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Guna Insan Akademik (GIA) Makassar tersebut.
Sejak beroperasi 7 Maret 2019, hingga sekarang Klinik Indah sudah melayani 172 pasien, termasuk 44 orang yang dilayani pada hari pertama klinik dibuka kembali. Selama sebulan, klinik ini memberi layanan gratis kepada warga setempat. Namun menurut Dr.dr.Jumraini, S.Ked, Sp.N, Subsp, N.R.E. (K) yang juga Direktur Pelayanan Medik Klinik Indah, ke depan pelayanan gratis akan diberikan pada setiap hari Jumat.
“Tetapi kalau pun ada pembayaran, tidak memberatkan pasien,” ujarnya ketika menjelaskan pengelolaan klinik tersebut kepada Tanri Abeng.
Direktur Utama Klinik Indah Dr.Tammasse, M.Hum mengatakan, kehadiran klinik secara umum untuk memberikan layanan kepada masyarakat sekitarnya, terutama warga yang tidak mampu. Bahkan, ruang aula di klinik dan kapasits sampai 200 orang, dapat dimanfaatkan dengan kompensasi pembayaran biaya kebersihan.
Menurut Bidan Rini, kunjungan Tanri Abeng ke klinik tersebut ketiga kalinya dilakukan sejak klinik pertama berdiri tahun 2014. Sementara Emil Abeng sudah sering berkunjung.
“Mungkin sudah tujuh kali,” perempuan 34 tahun ini ini menambahkan.
Itulah kenangan saya dengan Dr.Tammasse bersama Tanri Abeng, pria Sulawesi Selatan yang menjadi satu-satunya “manajer satu miliar” di Indonesia. (*).